Follow Us

Diperintahkan Penguasa untuk Basmi Warga Sipil, 2.500 Tentara Tinggalkan Militer Myanmar akibat Rasa Takut Luar Biasa, Ini yang Terjadi!

Rifka Amalia - Kamis, 10 Maret 2022 | 21:05
Junta militer Myanmar
@myanmar.tatmadaw

Junta militer Myanmar

Kedua pria itu termasuk di antara ribuan tentara yang dilaporkan telah meninggalkan militer Myanmar, yang dikenal sebagai Tatmadaw, sejak mereka menggulingkan pemerintah Aung San Suu Kyi yang terpilih secara demokratis pada 1 Februari tahun lalu.

Tentara Rakyat, sebuah organisasi yang bekerja untuk membantu pasukan meninggalkan Tatmadaw, memperkirakan sebanyak 2.500 tentara telah membelot sejak perebutan kekuasaan militer dan tindakan keras mematikannya terhadap pengunjuk rasa.

Hampir 1.600 orang telah tewas dan 10.000 telah ditahan sejak kudeta, menurut kelompok-kelompok hak asasi.

Sementara ratusan ribu telah mengungsi saat perang saudara pecah di seluruh negeri.

Baca Juga: Myanmar Makin Hancur, Seabrek Tuduhan Diperkarakan, Hukuman Penjara Aung San Suu Kyi Ditambah Lagi

Propaganda Tatmadaw

Bahkan sebelum kudeta, Tatmadaw terkenal karena melakukan kekerasan ekstrem terhadap rakyatnya sendiri.

Selama beberapa dekade, pasukan keamanan telah menembaki dan menyerbu desa-desa di daerah-daerah yang dikuasai oleh kelompok-kelompok etnis bersenjata di perbatasan, seringkali memaksa laki-laki untuk bekerja di bawah ancaman kematian.

Mereka telah lama menggunakan pemerkosaan sebagai senjata perang, dan pada tahun 2017, melakukan apa yang oleh banyak orang disebut sebagai “genosida” dengan menindak minoritas Muslim Rohingya, membunuh ribuan, membakar desa dan memaksa sekitar 700.000 orang mengungsi ke negara tetangga Bangladesh.

Baca Juga: Myanmar Terima Penghinaan Besar akibat Ulahnya Sendiri, ASEAN Tak Sudi Junta Datang dalam Pertemuan Penting Ini

Pyae Sone terlalu akrab dengan taktik kekerasan militer.

Setelah melihat secara langsung bagaimana sistem mengkondisikan tentara untuk melakukan kekerasan pada warga, dia memahami psikologi di balik penghancuran.

Source : Al Jazeera

Editor : Sosok

Baca Lainnya

Latest