Follow Us

Myanmar Terima Penghinaan Besar akibat Ulahnya Sendiri, ASEAN Tak Sudi Junta Datang dalam Pertemuan Penting Ini

Rifka Amalia - Sabtu, 05 Februari 2022 | 19:41
Junta militer Myanmar
@myanmar.tatmadaw

Junta militer Myanmar

Sosok.ID - Militer Myanmar dilarang menghadiri pertemuan para menteri luar negeri ASEAN.

Langkah itu dilakukan saat Dewan Keamanan PBB juga mengutuk kekerasan di Myanmar dan mendesak pembebasan Aung San Suu Kyi.

Dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (5/2/2022), Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) telah melarang menteri luar negeri yang ditunjuk militer Myanmar menghadiri pertemuan mendatang.

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebelumnya menyerukan agar diakhirinya "semua bentuk kekerasan" di Myanmar serta pembebasan orang-orang yang ditahan, pemimpin sipil, termasuk Aung San Suu Kyi.

Seorang pejabat dari Kamboja, yang memegang jabatan ketua bergilir ASEAN, mengatakan pada hari Kamis (3/2/2022) bahwa Wunna Maung Lwin dari Myanmar tidak akan dapat berpartisipasi dalam pertemuan para menteri luar negeri blok itu akhir bulan ini.

Hal ini karena kurangnya kemajuan dalam rencana perdamaian yang menjadi prioritas utama Myanmar.

Sebaliknya, perwakilan non-politik dari Myanmar telah diundang untuk menghadiri pertemuan pada 16 dan 17 Februari, kata Chum Sounry, juru bicara kementerian luar negeri Kamboja.

“Karena hanya ada sedikit kemajuan dalam melaksanakan Konsensus Lima Poin ASEAN,"

Baca Juga: Ironi, Dunia Dicap Cuma 'Duduk dan Menonton' Saat Myanmar Porak-poranda karena Perang

"Negara-negara anggota ASEAN tidak mencapai konsensus untuk mengundang menteri luar negeri Myanmar SAC untuk berpartisipasi dalam retret para menteri luar negeri yang akan datang,” kata Sounry kepada kantor berita AFP.

Penghinaan itu merupakan pukulan diplomatik baru bagi Myanmar, yang semakin terisolasi di panggung internasional setahun setelah Jenderal Senior Min Aung Hlaing merebut kekuasaan dalam sebuah kudeta.

Perebutan kekuasaan menjerumuskan Myanmar ke dalam krisis, dengan pasukan keamanan membunuh lebih dari 1.500 warga sipil dalam tindakan keras terhadap protes anti-kudeta.

Source : Al Jazeera

Editor : Rifka Amalia

Baca Lainnya

Latest