Sosok.ID - Sebuah kisah sejarah yang jarang diketahui khalayak baru-baru ini diungkap oleh Duta Besar RI untuk Thailand.
Kisah tersebut berhubungan dengan perjuangan para pahlawan Tanah Air, di awal kemerdekaan Indonesia.
Ternyata Negeri Gajah Putih pernah jadi salah satu tempat perjuangan para pahlawan kemerdekaan Indonesia yang jarang diketahui banyak orang.
Thailand menjadi salah satu saksi bisu beberapa peristiwa yang memperlihatkan perjuangan pahlawan-pahlawan kemerdekaan Indonesia.
Satu di antaranya pada waktu bendera merah putih pertama kali berkibar di Thailand pada 1 Mei 1947 berkat aksi desersi para mantan tentara Koninklijke Nederlandsch Indische Leger (KNIL) dan Heiho.
"Kisah ini dimulai dengan cerita heroik dan sangat menyentuh tentang bagaimana perjuangan para mantan tentara KNIL dan Heiho yang melakukan desersi untuk mengibarkan bendera merah putih di Thailand," kata Rachmat Budiman saat berbincang dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra, Senin (24/5/2021).
Sebagai informasi, KNIL adalah pasukan perang milik tentara Belanda yang dibentuk sejak zaman Hindia-Belanda.
Meskipun KNIL melayani pemerintahan Hindia Belanda, banyak anggotanya yang berasal dari kalangan pribumi.
Pada Maret 1946, digambarkan suasana yang menurut Rachmat sangat dramatis di Kota Bangkok.
Malam itu Kota Bangkok diguyur hujan deras dan udara terasa begitu dingin.
Namun, suasana di satu tempat yang disebut Royal Bangkok Sport Club, pusat para tentara Belanda, tentara KNIL berkumpul, justru mencekam.
"Diceritakan bahwa saat itu hujan gerimis menjadi hujan besar, suasananya dingin, tetapi di dalam ruangan itu, di dalam gedung itu, sebenarnya terjadi suasana yang mencekam dan panas," tutur Rahcmat.
Itu dikarenakan para tentara KNIL akan dikirim ke Indonesia untuk mempertahankan kembali keberadaan Belanda di Indonesia.
Kejadian ini merupakan cikal-bakal terjadinya agresi militer Belanda I yang dimulai pada 20 Juli 1947 di Indonesia.
"Para mantan KNIL dan Heiho ini, kemudian di situ tergerak jiwa nasionalisme," ujar Rachmat.
Mendengar rencana Belanda melakukan agresi militer di Indonesia, satu tentara bernama Abdul Faqih, secara rahasia bergerak menghubungi para KNIL pribumi yang dianggap mempunyai jiwa nasionalisme.
Abdul Faqih menganggap di antara pribumi yang menjadi tentara KNIL ada juga yang betul-betul bekerja untuk Belanda.
Diceritakan bahwa Abdul Faqih kemudian membawa dan membagikan secarik kertas ukuran pas foto yang sangat kecil.
"Di kertas itu ada suatu tulisan bahwa dikatakan besok jam 08.00 pagi kita akan berangkat ke Indonesia. Ditambahkan, sebaiknya kita untuk melarikan diri (desersi)," tutur Rachmat.
"Tetapi mengenai hidup tanggungjawab masing-masing. Surat tersebut ditandatangani sersan kesehatan," kata Rachmat.
Di malam yang sama, sekira pukul 01.00, aktor lain bernama Muhammad Thaib secara diam-diam pergi meninggalkan pusat perkumpulan tentara KNIL.
Muhammad Thaib saat itu berhasil kabur dengan selamat dan kemudian bersembunyi di Thailand Selatan.
"Begitu juga di situ ada pemuda namanya Soekarno yang akan mengibarkan bendera pertama kali. Endang yang kemudian menerima surat dari kakaknya di Bandung, memintanya pulang melawan Belanda," ujar Rachmat.
Saat itu, dalam suasana malam yang mencekam, 280 tentara KNIL pribumi berhasil kabur dari tempatnya.
Setelah itu mereka bersembunyi di tempat yang berbeda-beda.
Soekarno bersembunyi di Bangkok, Muhammad Thaib di bagian selatan Thailand, sementara Abdul Faqih dan teman-temannya sesekali memantau kondisi di Royal Bangkok Sports Club.
Setelah beberapa bulan mereka kembali ke Bangkok dan menjalin hubungan.
"Hingga pada 1 Mei 1947, di lapangan Senam Ruang, bendera Indonesia berkibar dan disaksikan sekitar 150 ribu orang," ujar Rachmat.
Momen tersebut bertepatan dengan saat di mana sebagian besar warga Thailand sedang memperingati hari buruh.
Muhammad Thaib, dalam pengibaran bendera merah putih itu, berpidato dan mengabarkan kepada masyarakat Thailand bahwa Indonesia telah merdeka atas Belanda.
Selain itu, para mantan tentara KNIL itu turut memasang banyak poster yang menginformasikan kemerdekaan Indonesia.
"Ini bagian yang sangat heroik bagaimana keberadaan orang Indonesia pada masa itu. Keberadaan orang Jawa di sini sangat menarik karena kembali ketika Raja Narai berkuasa," ujar Rachmat.
"Di situ orang Jawa dari Kendal dan Bawean datang untuk melatih dan menjadi pengawal raja saat peperangan dengan Myanmar," kata dia. (*)