Sosok.ID - Xi Jinping dan China kembali jadi sorotan publik dunia setelah beberapa waktu lalu membantah keterlibatan di kudeta militer yang terjadi di Myanmar.
Namun sebuah bukti baru-baru ini terbongkar bagaimana peran China dalam melanggengkan militer Myanmar berkuasa.
Ini menjadi catatan panjang bagaimana negara luar mengintervensi negara kecil lainnya untuk terjadi perpecahan hingga perang saudara.
Keterlibatan China disebut-sebut cukup sistematis hingga sebelumnya sempat membantah tak ikut campur lantaran tak ada bukti yang terlihat.
Tetapi kini Xi Jinping tak bisa mengelak lagi soal keterkaitan negaranya dalam kudeta militer Myanmar.
Hal itu dibuktikan dari salah satu perusahaan minyak yang kedapatan memasok bahan bakar jet tempur ke Myanmar.
PetroChina International Singapore Pte Ltd menjual kargo bahan bakar jet ke Myanmar pada April, menurut data impor pemerintah yang ditinjau oleh Reuters.
Itu merupakan pengiriman pertama sejak militer merebut kekuasaan dalam kudeta pada Februari.
Pemasokan ini pun jadi perhatian banyak pihak lantaran bisa saja disalah gunakan untuk hal-hal yang mengancam banyak pihak.
Terutama lantaran militer Myanmar tak segan untuk menggunakan jet tempur untuk memborbardir warga sipilnya sendiri.
Mengutip dari Reuters, pengiriman bahan bakar tersebut menimbulkan tanda tanya besar soal peran China di Myanmar.
Selama kudeta militer Myanmar, Beijing telah dituduh oleh lawan junta mendukung pemimpin kudeta Min Aung Hlaing. Sebuah tuduhan yang ditolak oleh China.
Kementerian luar negeri China tidak segera menanggapi permintaan komentar.
PetroChina, sebuah perusahaan terdaftar yang dikendalikan oleh China National Petroleum Corporation milik negara, tidak menanggapi permintaan komentar tentang pengiriman bahan bakar tersebut.
Reuters melaporkan Pada Kamis (20/5/2021), berdasarkan data impor yang belum dipublikasikan, PetroChina International mengirimkan 13.300 ton bahan bakar jet dan 4.000 ton bensin onboard tanker MT Yu Dong untuk pengiriman di terminal Thilawa Myanmar pada 15 April.
Negara-negara Barat termasuk Amerika Serikat (AS) dan Inggris telah mengutuk junta karena membunuh ratusan warga sipil.
Mereka telah secara terbatas menerapkan sanksi Myanmar. Tetapi saat ini tidak ada tindakan internasional yang melarang pengiriman produk minyak.
ASEAN, yang mengikut sertakan Myanmar sebagai anggotanya, telah menyerukan diakhirinya kekerasan dan dialog di antara para pihak.
Mereka tidak lagi menyerukan sanksi dalam pernyataan April.
Namun demikian ternyata indikasi keterlibatan China dalam kudeta di Myanmar sebenarnya sudah terlihat.
China memang diketahui membantah tudingan terlibat dalam kudeta tetapi tak begitu kuat dalam mengutuk junta militer Myanmar.
"Mengingat keinginan Beijing untuk meningkatkan pengaruhnya di Naypyidaw, tampaknya tidak mungkin setiap perusahaan negara China akan terlalu khawatir dengan ancaman reaksi dari komunitas internasional atas berbisnis dengan pemerintah Myanmar," kata Henrick Tsjeng, seorang rekan peneliti di the Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam di Universitas Teknologi Nanyang Singapura.
Kelompok aktivis Justice for Myanmar mengutuk penjualan bahan bakar tersebut.
"Kami terkejut PetroChina mengekspor bahan bakar jet ke Myanmar. (PetroChina) Melakukan bisnis dengan penjahat perang yang melakukan serangan udara tanpa pandang bulu terhadap komunitas etnis," kata juru bicara Yadanar Maung.
Jet militer sering melakukan serangan bom terhadap tentara etnis Myanmar, yang menentang junta di Myanmar utara dan timur.
Hal itu menunjukkan adanya peningkatan pertempuran sejak kudeta Februari, yang menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.
Salah satu pasukan yang mendapat serangan bom, Tentara Kemerdekaan Kachin, mengatakan kepada Reuters bahwa mereka telah menyerang tujuh truk minyak.
Pasokan tersebut diduga membawa bahan bakar penerbangan melalui jalan darat dari China minggu ini.
Itu tidak mengomentari pengiriman PetroChina. Data Myanmar menunjukkan PetroChina International menjual bahan bakar jet ke National Energy Puma Aviation Services Co Ltd (NEPAS), perusahaan patungan antara Puma Energy dan Myanma Petroleum Enterprise (MPE).
Bensin jatuh ke tangan tiga importir bahan bakar lokal lainnya. Kepada Reuters, Puma Energy mengaku bahwa NEPAS mengatur pengiriman kargo di terminal Thilawa pada 15 April.
Tetapi perusahaan itu menolak mengomentari jenis bahan bakar yang diturunkan.
Puma Energy, perusahaan penyimpanan bahan bakar dan ritel yang mayoritas dimiliki oleh pedagang komoditas global Trafigura, mengatakan telah menghentikan operasi di Myanmar pada 10 Februari, untuk memastikan keamanan karyawan. (*)