Mereka tidak lagi menyerukan sanksi dalam pernyataan April.
Namun demikian ternyata indikasi keterlibatan China dalam kudeta di Myanmar sebenarnya sudah terlihat.
China memang diketahui membantah tudingan terlibat dalam kudeta tetapi tak begitu kuat dalam mengutuk junta militer Myanmar.
"Mengingat keinginan Beijing untuk meningkatkan pengaruhnya di Naypyidaw, tampaknya tidak mungkin setiap perusahaan negara China akan terlalu khawatir dengan ancaman reaksi dari komunitas internasional atas berbisnis dengan pemerintah Myanmar," kata Henrick Tsjeng, seorang rekan peneliti di the Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam di Universitas Teknologi Nanyang Singapura.
Kelompok aktivis Justice for Myanmar mengutuk penjualan bahan bakar tersebut.
"Kami terkejut PetroChina mengekspor bahan bakar jet ke Myanmar. (PetroChina) Melakukan bisnis dengan penjahat perang yang melakukan serangan udara tanpa pandang bulu terhadap komunitas etnis," kata juru bicara Yadanar Maung.
Jet militer sering melakukan serangan bom terhadap tentara etnis Myanmar, yang menentang junta di Myanmar utara dan timur.
Hal itu menunjukkan adanya peningkatan pertempuran sejak kudeta Februari, yang menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.
Salah satu pasukan yang mendapat serangan bom, Tentara Kemerdekaan Kachin, mengatakan kepada Reuters bahwa mereka telah menyerang tujuh truk minyak.
Pasokan tersebut diduga membawa bahan bakar penerbangan melalui jalan darat dari China minggu ini.