Sosok.ID - Angkatan Laut Filipina marah terkait aksi provokasi yang dilakukan China di Laut China Selatan.
Kepala angkatan laut Filipina menyerukan agar protes diplomatik diajukan terhadap keberadaan dua kapal penelitian China di wilayah sengketa di Laut China Selatan.
South China Morning Post melaporkan, Wakil Laksamana Angkatan Laut Filipina Giovanni Bacordo mengatakan kepada Asosiasi Koresponden Asing Filipina pada hari Senin (10/8/2020) bahwa kapal-kapal China telah berada di dekat Reed Bank selama "sekitar satu minggu" dan karena kecepatan mereka sekitar tiga knot, angkatan laut Filipina menyimpulkan mereka tengah melakukan survei.
"Kami telah melaporkan ini (kepada Panglima Angkatan Bersenjata dan Departemen Pertahanan Nasional)... dan meminta pengajuan protes diplomatik," kata Bacordo, 55 tahun, seperti yang dilansir South China Morning Post.
Dia juga menambahkan, “Kami telah memeriksa apakah mereka memiliki izin untuk berada di sana. Kami menemukan bahwa mereka tidak memiliki izin.”
Reed Bank adalah wilayah yang diperebutkan dan kaya energi di Laut China Selatan yang diklaim Filipina sebagai dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) - klaim yang didukung oleh Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag pada 2016.
Namun demikian, China terus mempermasalahkan hak ekonomi atas wilayah tersebut, yang terletak 85 mil laut dari Pulau Palawan Filipina dan 595 mil laut dari pantai provinsi Hainan China.
Perundingan yang bertujuan untuk memecahkan kebuntuan atas kesepakatan eksplorasi minyak dan gas bersama terhenti di tengah jalan.
Seruan Bacordo datang sehari setelah Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jnr mengatakan bahwa, “Sejauh yang saya tahu kami telah menghentikan semua survei kelautan oleh kapal asing karena, meskipun mereka mengikuti aturan bahwa (survei apa pun) harus berisi awak ilmuwan Filipina .. . (kru kami diperlakukan) seperti jamur: diberi makan (kotoran) dan disimpan dalam ruangan gelap.”
Aksi provokatif
Bacordo mengatakan bahwa terlepas dari sikap ini, kapal-kapal dari angkatan laut dan penjaga pantai Tiongkok, serta kapal penangkap ikan, terus "berkeliaran" di dalam ZEE 112 mil laut Filipina. Bahkan terkadang, angkatan laut Tiongkok tampaknya berusaha memprovokasi rekan-rekan Filipina mereka untuk agresi.
Dia mengatakan, tak lama setelah dia menduduki jabatannya pada bulan Februari, sebuah kapal angkatan laut PLA China memberikan sinyal 'ping' ke sebuah kapal Angkatan Laut Filipina, memantulkan sinyal radar pengontrol tembakan dari korvet Conrado Yap.
“Komandan mengambil tindakan pencegahan untuk membela diri dan insiden itu menghasilkan protes diplomatik yang diajukan oleh Manila. Cara saya menganalisanya, dalam perselisihan kami di area itu, yang pertama melepaskan tembakan menjadi pihak yang kalah. Jadi mereka akan melakukan segalanya untuk kita mengambil tindakan agresif. Tapi kita harus sabar dengan itu,” ujarnya.
“Saya yakin mereka ingin kami mengambil langkah pertama, tetapi kami tidak akan melakukannya. Setiap angkatan laut yang melepaskan tembakan pertama di daerah itu akan kehilangan dukungan internasional. Itu termasuk semua angkatan laut yang berpatroli di daerah itu," ceritanya.
“Kami harus melatih toleransi maksimal. Ada beberapa aktivitas… yang setelah Anda melakukannya, Anda tidak dapat mengambilnya kembali, dan itu melepaskan tembakan pertama,” tambahnya lagi.
Masih mengutip South China Morning Post, Bacordo, yang berbicara dalam pertemuan resmi pertamanya dengan jurnalis asing, membantah bahwa protes diplomatik atas tindakan China di Laut China Selatan sia-sia.
Sebelumnya diberitakan, Filipina menolak upaya beberapa negara untuk memicu ketegangan di Laut China Selatan. Menanggapi hal ini, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin memuji Filipina.
Xinhua mengabarkan, Wang memberikan pernyataan tersebut dalam konferensi pers sebagai tanggapan atas pertanyaan Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana baru-baru ini tentang Laut China Selatan dan hubungan bilateral.
Wang mengatakan, beberapa negara di luar kawasan regional mencoba untuk menimbulkan masalah dan menciptakan ketegangan di kawasan, yang bertentangan dengan keinginan negara-negara kawasan.
Dilaporkan, mengutip perintah Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Lorenzana mengatakan Filipina tidak akan bergabung dengan angkatan laut negara lain dalam latihan maritim di Laut China Selatan karena khawatir akan meningkatkan ketegangan di daerah tersebut.
"Filipina menganjurkan penyelesaian damai atas sengketa yang relevan melalui jalur hukum," kata Lorenzana seperti yang dilansir Xinhua.
Lorenza menjelaskan, Filipina dan China telah melakukan banyak pertukaran dalam pengendalian epidemi dan pertukaran pasukan militer.
Dia juga menambahkan bahwa kedua negara akan secara bertahap melanjutkan pertukaran di berbagai bidang setelah pandemi dapat diatasi.
Wang mengatakan, pernyataan ini adalah bukti lain dari kebijakan luar negeri independen Filipina, yang mewujudkan aspirasi bersama dari negara-negara kawasan untuk mengejar perdamaian dan pembangunan.
"China dan negara-negara Asean, termasuk Filipina, saat ini memang tengah fokus pada perang melawan Covid-19 dan memulai kembali kegiatan ekonomi, yang membutuhkan solidaritas, koordinasi, perdamaian dan stabilitas," kata Wang.
Baca Juga: Capek-capek Gaet Simpati Negara ASEAN, AS Ditabok Fakta Asia Tenggara Ogah Memihaknya maupun China
Wang juga bilang, dengan upaya bersama China dan Asean, perdagangan dan investasi dua arah tumbuh pada paruh pertama tahun ini, dan jalur jalur cepat untuk pertukaran personel dan logistik telah didirikan untuk memfasilitasi dimulainya kembali pekerjaan dan produksi, serta kelancaran industri dan rantai pasokan. (*)
Artikel ini pernah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Aksi provokatif China di Laut China Selatan, Filipina: Yang menembak duluan, kalah!"