Jenderal tertinggi yang memimpin pasukan operasi asing Korps Pengawal Revolusi Islam Iran, Qasem Soleimani tewas bersama seorang komandan tinggi Irak dan beberapa lainnya satu tahun lalu di Baghdad dalam serangan pesawat tak berawak yang diperintahkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Sebelumnya pada bulan Desember, Trump men-tweet gambar beberapa roket, mengatakan itu adalah roket Iran yang tidak meledak yang ditembakkan ke kedutaan AS di Zona Hijau Baghdad.
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif pada hari Kamis mengatakan, informasi dari Irak menunjukkan AS sedang mencoba untuk "membuat dalih perang".
Dalam panggilan telepon dengan mitranya dari Kuwait, Nasser Al-Mohammad Al-Sabah pada Jumat (1/1/2021) pagi, Zarif mengatakan bahwa Washington akan bertanggung jawab atas dampak dari "potensi petualangan".
Sementara itu, Pentagon mengumumkan di hari Kamis bahwa mereka akan memulangkan satu-satunya kapal induk Angkatan Laut yang beroperasi di Timur Tengah, yang tampaknya bertentangan dengan gagasan bahwa unjuk kekuatan diperlukan untuk menghalangi Iran.
Iran pada hari Jumat mengadakan acara untuk memulai peringatan kematian Soleimani dan komandan Irak Abu Mahdi al-Muhandis, wakil kepala Pasukan Mobilisasi Populer yang berpihak pada Iran, yang berada di dalam mobil bersama Soleimani ketika serangan drone AS menghantam.
Dalam upacara di Universitas Teheran yang tertutup untuk umum demi protokol kesehatan Covid-19, perwira militer yang menggantikan Soleimani bersumpah untuk terus mengikuti jejaknya.
“Izinkan saya mengatakan secara eksplisit: jalur Pasukan Quds dan jalur perlawanan tidak akan berubah dengan kenakalan AS,” kata komandan Esmail Qaani kepada hadirin pada pertemuan yang disiarkan televisi setempat.
Dia mengatakan semua "orang bebas di dunia" mengutuk pembunuhan itu dan AS harus waspada terhadap kemungkinan tanggapan "dari dalam rumah Anda".