SCSPI mengatakan aktivitas tersebut menunjukkan Laut China Selatan adalah 'fokus utama' AS.
Namun, tambahnya, ada peningkatan signifikan dalam aktivitas Laut Kuning juga.
Angka 60 penerbangan mungkin merupakan perkiraan rendah. Laporan tersebut mencatat bahwa dalam beberapa kasus, pesawat AS sengaja menyamar dengan berpura-pura menjadi jet non-militer.
Setidaknya dalam dua kasus, pesawat USAF mengubah kode identifikasi mereka - yang dikenal sebagai kode hex ICAO - di tengah penerbangan, sehingga mereka tampak seperti pesawat lokal saat dilacak.
Dalam satu kasus, sebuah pesawat AS diduga mengubah kodenya sehingga tampak seperti pesawat dari Filipina sebelum kemudian diubah kembali.
Di lain waktu, pesawat mata-mata RC-135S berpura-pura menjadi pesawat Malaysia saat melakukan misi di dekat wilayah udara China, kata lembaga think tank tersebut.
Di beberapa kasus yang lain lagi, pesawat AS sama sekali tidak menyalakan transponder radio mereka.
SCSPI mengklaim telah mengkonfirmasi penggunaan kode identifikasi elektronik palsu oleh pesawat militer AS bulan lalu.
Lembaga think tank tersebut mengatakan langkah itu akan menjadi "nilai praktis yang besar" bagi militer AS karena pesawat pengintai sering kali terlihat mirip dengan pesawat sipil.