Sosok.ID - Sudah tiga bulan lebih dunia bersusah payah melawan virus corona.
Selama itu pula, banyak pemimpin negara di dunia yang kewalahan menghadapi Covid-19.
Ditambah lagi adanya desakan dari masyarakat yang menilai para pemimpinnya tidak bertindak tegas.
Sehingga banyak warga yang melontarkan kritikan pedas hingga hinaan terhadap para pemimpinnya.
Hal ini juga yang terjadi kepada Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Dalam jumpa pers online yang digelar pada Rabu (8/4/2020) itu, Tedros terang-terangan mengaku telah mendapat ancaman pembunuhan.
Melansir dari CNBC, Tedros mengatakan ia juga menerima hinaan rasis selama menjalankan upaya untuk memerangi pandemi virus corona.
"Saya bisa memberi tahu Anda tentang serangan personal yang telah berlangsung selama dua, tiga bulan," ujar Tedros, seperti dikutip Sosok.ID dari CNBC.
"Penghinaan atau komentar rasis yang menyebut saya dengan sebutan hitam atau negro.
"Saya bangga menjadi orang berkulit hitam, bangga menjadi orang Negro," katanya pada wartawan dalam konferensi online dari kantor pusat WHO di Jenewa.
Ia mengatakan, bahwa ia sama sekali tak peduli dengan hinaan yang menyangkut kehidupan pribadinya itu.
"Saya tidak peduli, jujur.. bahkan ancaman mati. Saya tidak peduli," tegasnya.
Baca Juga: WHO Uji Obat Covid-19 dan Malaysia Dipilih Pertama Untuk Coba Obat Tersebut, Ini Alasannya!
Tak lupa Tedros turut menanggapi pertanyaan tentang kritik dari pemimpin dunia seperti Presiden AS Donald Trump.
Apakah hal tersebut membuatnya lebih sulit untuk menjalankan WHO.
Tedros kemudian teringat akan sebuah penghinaan yang ia sebut berasal dari Taiwan.
"Tiga bulan lalu, serangan ini datang dari Taiwan.
Baca Juga: Lantas Harus Bagaimana? WHO Nyatakan Lockdown Tak Berdaya Bendung Wabah Virus Corona
"Kita harus jujur. Saya akan jujur hari ini. Dari Taiwan," ungkapnya.
"Dan Taiwan, Kementerian Luar Negeri mereka juga, mereka mengetahui kampanyenya.
"Mereka tidak melepaskan diri mereka sendiri.
"Mereka bahkan mulai mengkritik saya di tengah semua penghinaan dan cercaan itu, tetapi saya tidak peduli," ujarnya.
Tedros juga merujuk pada komentar para ilmuwan yang ditayangkan di stasiun TV Perancis.
Ia bahkan menyebut komentar dalam tayangan pada Senin (6/4/2020) sebagai artefak dari "mentalitas kolonial".
Adapaun, para ilmuwan yang dimaksud kala itu tengah mendiskusikan tentang potensi pemindahan uji coba vaksin di Eropa dan Australia ke Afrika, menurut BBC.
Tedros menganggap, pernyataan itu telah menghina seluuruh komunitas kulit hitam".
Dalam kesempatan itu, Tedros memohon pada para pemimpin dunia untuk mengesampingkan perbedaan.
Untuk bersatu melawan pandemi global yang sekarang telah menginfeksi 1.514.566 orang dan telah merenggut 88.188 jiwa di dunia, menurut SCMP.
"Silakan karantina politisasi Covid. Itulah yang kami inginkan.
"Kami tidak peduli dengan serangan personal," ujar Tedros.
"Kami peduli dengan hidup yang terlewat setiap menit yang dianggap tidak diperlukan karena kita tak bisa bersatu melawan virus," pungkasnya.
(*)