Kepala Eksekutif Advance, Leslie Peterkin memiliki alasan sendiri mengapa pihaknya berani bertaruh pada Buffalo.
Meskipun beberapa pengamat industri skeptis bahwa operator sebelumnya dapat melewatkan volume minyak yang besar itu.
Bila pengeboran berhasil, Timor Leste bisa mengantongi 450 juta USD (Rp6,4 triliun) selama proyek lima tahun dari temuan sekitar 30 juta barel minyak.
Analsis tersebut diungkap oleh Peter Stachan yang merupakan seorang analis energi independen yang berbasis di Perth.
Adapun, perkiraan tersebut didasarkan pada harga minyak 75 USD per barel.
Ditambah biaya pengembangan yang dipatok sebesar 450 juta USD serta biaya operasi sebesar 1.050 juta USD.
Timor Leste bisa mendapat lebih banyak bila biaya pembangunan kurang dari 450 juta USD (15 USD/barel).
“Keuntungan bagi pemerintah bisa melihatnya mengantongi 610 juta Dollar AS selama masa proyek lima tahun,” kata Strachan kepada Energy Voice.
Kepala eksekutif Carnarvon Adrian Cook mengatakan bahwa “ladang Buffalo memberikan peluang bagus untuk dengan cepat memberikan pengembangan minyak berbiaya rendah.