Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Korban Tragedi Pesawat Militer Filipina Kebanyakan Tentara Muda, Jadi Kecelakaan Angkatan Udara Terburuk, 50 Tewas

Rifka Amalia - Senin, 05 Juli 2021 | 15:00
Militer Filipina dan presidennya, Rodrigo Duterte
newsline.ph

Militer Filipina dan presidennya, Rodrigo Duterte

Sosok.ID - Berita duka datang dari Angkatan Udara Filipina.

Pesawat militer C-130 yang mengangkut 96 penumpang jatuh di Jolo, sebagian besar korban merupakan tentara muda pada penempatan pertama mereka.

Dilansir dari Al Jazeera, 96 penumpang di pesawat angkut Angkatan Udara Filipina yang jatuh pada hari Minggu (4/6/2021) menewaskan sedikitnya 50 orang (awak pesawat dan yang di darat).

Laporan ini dampaikan oleh kepala militer Cirilito Sobejana pada hari Senin, (5/7/2021), seperti dilansir Sosok.ID.

Baca Juga: Setelah Tragedi SJ 182, Lion Air dan Garuda Indonesia Gagal Mendarat di Pontianak,Pilot Divert Demi Keselamatan, Apa yang Terjadi?

Sobejana mengatakan 49 tentara terluka dalam kecelakaan tragis tersebut, sementara 50 orang dinyatakan tewas, termasuk mereka yang di darat.

Pesawat angkut C-130 Hercules meleset dari landasan ketika mencoba mendarat di pulau selatan Jolo di mana militer memerangi Abu Sayyaf dan kelompok bersenjata lainnya.

Tetapi C-130 malah berapi-api, disebut sebagai kecelakaan Angkatan Udara Terburuk Filipina.

Departemen Pertahanan Nasional mengatakan pada hari Minggu bahwa tiga warga sipil di darat juga tewas sementara empat lainnya terluka.

Baca Juga: Auto Bikin China Kebakaran Jenggot, AS Setujui Jual F-16 hingga 2 Paket Rudal ke Filipina di Tengah Konflik Laut China Selatan

Menurut militer, tiga pilot termasuk di antara mereka yang selamat dari kecelakaan saat ini dalam kondisi kritis.

Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana mengatakan dia telah memerintahkan penyelidikan atas insiden tersebut, yang akan dimulai setelah operasi penyelamatan dan pemulihan.

Seorang juru bicara militer mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa pesawat itu dalam "kondisi prima" dan memiliki waktu terbang 11.000 jam sebelum pemeliharaan terjadwal berikutnya.

Pesawat itu adalah salah satu dari dua pesawat bekas Angkatan Udara AS yang diserahkan ke Filipina sebagai bagian dari bantuan militer tahun ini.

Baca Juga: China Terbitkan Catatan Pengusiran Jet Tempur Asing, Pilot PLA Siap Perang vs AS di Udara: Saya akan Bertarung!

Menurut Al Jazeera, helikopter langsung dikerahkan untuk mengangkut korban luka ke rumah sakit terdekat.

Sementara yang paling parah langsung dibawa ke Kota Zamboanga, yang terletak sejauh 1 jam penerbangan.

“C-130 adalah salah satu pesawat yang baru diakuisisi oleh angkatan udara Filipina. Daerah di mana kecelakaan itu terjadi adalah rumah bagi salah satu pangkalan besar militer Filipina," ujar Jamela Alindogan dari Al Jazeera.

Pesawat itu mengangkut tentara, banyak di antaranya baru saja menjalani pelatihan dasar, dari kota Cagayan de Oro selatan untuk ditempatkan di Sulu, kata para pejabat.

Baca Juga: Jamaah Kapal Filipina Dramatis Tingkatkan Pergerakan ke Laut China Selatan: Ukurannya Jadi Lebih Besar, Tapi Persenjataan Kalah Telak dari China

“Mereka seharusnya bergabung dengan kami dalam perang melawan terorisme,” kata komandan militer Sulu Mayor Jenderal William Gonzales.

Pasukan pemerintah telah memerangi Abu Sayyaf, yang terkenal karena penculikan untuk mendapatkan uang tebusan, di provinsi Sulu yang berpenduduk mayoritas Muslim selama beberapa dekade.

Gambar awal yang dirilis oleh militer menunjukkan bagian ekor pesawat kargo.

Bagian lain dari pesawat itu terbakar, tercerai-berai di tempat terbuka yang dikelilingi pohon kelapa.

Tentara dan penyelamat lainnya dengan tandu terlihat berlari ke dan dari lokasi kecelakaan yang diselimuti asap.

Baca Juga: Laut China Selatan Memanas Lagi, Filipina Ajukan Protes Diplomatik Atas Aktivitas Ilegal China

Seorang juru bicara militer, Kolonel Edgard Arevalo, mengatakan tidak ada indikasi serangan terhadap pesawat, tetapi penyelidikan kecelakaan belum dimulai dan upaya difokuskan pada penyelamatan dan perawatan.

Di antara mereka yang selamat dari kecelakaan itu adalah Prajurit Roejader Colata dan Prajurit Kelas Satu Reymart Bulat-ag, keduanya dari provinsi Zamboanga del Norte di Mindanao.

Sebelum naik ke pesawat, Colata mengadakan panggilan video dengan kakak laki-lakinya, Rayrafar, untuk memberi tahu dia tentang penempatan pertamanya setelah pelatihan.

Roejader, yang berusia 22 tahun pada 9 Juni, baru saja menyelesaikan pelatihan militernya pada 23 Juni, ujar ayahnya, Edwin dalam sebuah wawancara yang dikutip dari Al Jazeera.

Baca Juga: Duterte Bersumpah Tak Akan Menarik Mundur Se-inci pun Kapal-kapal Filipina dari Laut China Selatan: Di Sinilah Persahabatan Kita Berakhir

Rayrafar mengatakan bahwa hal berikutnya yang dia dengar adalah bahwa pesawat saudaranya telah jatuh.

“Kami sangat khawatir selama berjam-jam, karena kami hanya menerima informasi bahwa saudara laki-laki saya selamat setelah pukul 5 sore (07:00 GMT) pada hari Minggu,” katanya kepada Al Jazeera.

“Jam-jam itu sangat menyiksa ketika kami harus menunggu kabar tentang kondisinya. Sekarang orang tua saya agak lega. Tapi kami masih belum berbicara dengannya."

Diketahui, kecelakaan itu terjadi setelah sebuah helikopter Black Hawk jatuh bulan lalu selama penerbangan pelatihan malam hari, menewaskan enam orang di dalamnya.

Baca Juga: Blokir Ruang Gerak Filipina di Laut China Selatan, Tiongkok Bak Tak Ada Takutnya, Disebut Sengaja Kirim Tantangan ke Manila Lewat Radio

Saat itu tiga pilot dan tiga penerbang tewas ketika S70-i jatuh di dekat tempat pelatihan Crow Valley di utara Manila, yang menyebabkan seluruh armada dilarang terbang. (*)

Source :Reuters Al Jazeera

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x