Tentara dan penyelamat lainnya dengan tandu terlihat berlari ke dan dari lokasi kecelakaan yang diselimuti asap.
Baca Juga: Laut China Selatan Memanas Lagi, Filipina Ajukan Protes Diplomatik Atas Aktivitas Ilegal China
Seorang juru bicara militer, Kolonel Edgard Arevalo, mengatakan tidak ada indikasi serangan terhadap pesawat, tetapi penyelidikan kecelakaan belum dimulai dan upaya difokuskan pada penyelamatan dan perawatan.
Di antara mereka yang selamat dari kecelakaan itu adalah Prajurit Roejader Colata dan Prajurit Kelas Satu Reymart Bulat-ag, keduanya dari provinsi Zamboanga del Norte di Mindanao.
Sebelum naik ke pesawat, Colata mengadakan panggilan video dengan kakak laki-lakinya, Rayrafar, untuk memberi tahu dia tentang penempatan pertamanya setelah pelatihan.
Roejader, yang berusia 22 tahun pada 9 Juni, baru saja menyelesaikan pelatihan militernya pada 23 Juni, ujar ayahnya, Edwin dalam sebuah wawancara yang dikutip dari Al Jazeera.
Rayrafar mengatakan bahwa hal berikutnya yang dia dengar adalah bahwa pesawat saudaranya telah jatuh.
“Kami sangat khawatir selama berjam-jam, karena kami hanya menerima informasi bahwa saudara laki-laki saya selamat setelah pukul 5 sore (07:00 GMT) pada hari Minggu,” katanya kepada Al Jazeera.
“Jam-jam itu sangat menyiksa ketika kami harus menunggu kabar tentang kondisinya. Sekarang orang tua saya agak lega. Tapi kami masih belum berbicara dengannya."
Diketahui, kecelakaan itu terjadi setelah sebuah helikopter Black Hawk jatuh bulan lalu selama penerbangan pelatihan malam hari, menewaskan enam orang di dalamnya.