Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Pantas Mati-matian Ingin AS Terkencing-kencing, Modernisasi Militer China Diduga Buah Penghinaan Tahun 1996, Apa Yang Terjadi?

Rifka Amalia - Minggu, 18 April 2021 | 19:02
Militer China
(eng.chinamil.com.cn/ Foto oleh Feng Cheng)

Militer China

Sosok.ID - Persaingan jangka panjang antara China dan Amerika Serikat, termasuk konfrontasi selama puluhan tahun atas Taiwan, telah menjadi kekuatan pendorong untuk modernisasi Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA).

Modernisasi ini termasuk pembangunan armada angkatan laut yang canggih dan pengembangan sistem navigasi satelit global, kata pengamat.

Disadur Sosok.ID dari South China Morning Post, Minggu (18/4/2021), Beijing telah lama menyadari bahwa musuh utamanya adalah AS yang berkomitmen untuk membela Taiwan.

Mengapa modernisasi militer China diduga didorong oleh 'penghinaan' pada tahun 1996?

Baca Juga: Gunakan Taktik Licik, Tiongkok Bentuk Ribuan Pasukan Rahasia Demi Rebut Laut China Selatan, Vietnam dan Filipina Kena Imbas, Indonesia Bagaimana?

Gangguan yang disengaja pada GPS Amerika dianggap menjadi alasan PLA 'kehilangan' dua rudal selama uji tembak 25 tahun yang lalu, dan Beijing bertekad untuk tidak pernah membiarkannya terjadi lagi.

Uji coba rudal di Selat Taiwan pada tahun 1996, telah meningkatkan kebutuhan China untuk memodernisasi angkatan lautnya dan belajar dari musuhnya.

“China tidak hanya ingin mempersempit kesenjangan dengan AS, tetapi juga memanfaatkan keuntungan yang terlambat untuk berkonsentrasi pada pengembangan senjata generasi berikutnya,” kata Lu Li-Shih, mantan instruktur di Akademi Angkatan Laut Taiwan di Kaohsiung.

"Sebagai orang yang terlambat, Beijing telah menyadari kebutuhan untuk fokus pada pengembangan teknologi senjata generasi berikutnya," katanya.

Baca Juga: Sebut Limbah Nuklir Buangan Aman Diminum, Menkeu Jepang Ditantang Minum Air Limbah PLTN Fukushima: Jepang Tak Boleh Melupakan Tragedi Sejarah!

"Tujuan akhir PLA tidak hanya untuk memahami strategi dan taktik pertempuran AS, tetapi juga untuk menghindari membiarkan saingannya mendapatkan wawasan tentang rencananya."

China diketahui menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan/kekerasan untuk "menyatukan kembali" wilayah itu.

Source : South China Morning Post

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x