Follow Us

Hati-hati! Kurang dari 2 Minggu Sejak Ditemukan, Varian Baru Virus Corona yang Lebih Menular Telah Tersebar di 17 Negara di Dunia

Rifka Amalia - Senin, 28 Desember 2020 | 15:00
Ilustrasi Covid-19 menyerang organ penting manusia
Pixabay.com/ geralt

Ilustrasi Covid-19 menyerang organ penting manusia

Sosok.ID - Satu tahun bergelut dengan pandemi Covid-19, dunia kembali diresahkan dengan kemunculan varian baru virus corona yang terdeteksi pertama kali di Inggris.

Hanya butuh waktu kurang dari dua minggu sejak ditemukan kali pertama pada Selasa (15/12/2020), varian baru ini telah menyebar ke-17 negara di dunia.

Yang terbaru, Jordania melaporkan kasusnya pada Minggu (27/12/2020), di mana dua pasien yang datang dari Inggris terkonfirmasi membawa virus corona varian baru.

Selain Jordania, Jepang, Prancis, Spanyol, Swedia dan Kanada juga menemukan infeksi dengan varian virus corona yang berpotensi lebih menular tersebut.

Baca Juga: Bumi Tak Punya Tempat Melarikan Diri, Benua Terpencil Antartika Mencatatkan Kasus Pertama Covid-19

Dikutip dari The New York Times, varian baru virus ini menyebabkan keresahan karena mampu menyebar dengan lebih cepat dibanding sebelumnya.

Penyebaran juga menyasar pada usia muda, berbeda dengan penyakit Covid-19 sebelum ditemukannya varian baru, dimana lebih berpotensi menularkan pada orang berusia tua.

Penyebaran varian yang cepat telah menyebabkan penguncian London dan Inggris selatan, memicu blokade dari beberapa negara di dunia.

Karena hanya sedikit negara yang memiliki tingkat surveilans genom seperti Inggris, ada kekhawatiran bahwa varian tersebut mungkin telah menyebar ke seluruh dunia tanpa terdeteksi selama berminggu-minggu.

Baca Juga: Mutasi Virus Corona 50% Lebih Menular Ditemukan di Inggris, 40 Negara Tutup Perjalanan, WHO Berusaha Redam Kepanikan Dunia

Sebuah studi baru-baru ini oleh para ilmuwan Inggris tidak menemukan bukti bahwa varian tersebut lebih mematikan daripada yang lain, tetapi diperkirakan 56 persen lebih menular.

Sejauh ini, varian Inggris telah didiagnosis pada tujuh orang di Jepang, kata kementerian kesehatan negara itu.

Source : Kompas.com, The New York Times

Editor : Rifka Amalia

Baca Lainnya

Latest