Follow Us

Lonjakan Pesawat Pengintai AS Bikin Xi Jinping Gelisah, Negara Donald Trump: Itu Sepadan dengan Serakahnya Klaim China Atas Banyak Lautan

Rifka Amalia - Jumat, 23 Oktober 2020 | 18:55
PersenjPesawat pengintai AS
YouTube via Intisari

PersenjPesawat pengintai AS

Pilot Amerika mungkin merasakan peningkatan kekhawatiran pemerintah AS tentang aktivitas China di udara dan bawah air, kata Alexander Huang, profesor studi strategis di Universitas Tamkang di Taiwan.

Baca Juga: Kim Jong Un Puji Heroiknya Kematian Tentara Perang Tiongkok Saat Lawan AS, Hubungan China-Korut Pernah Sedekat Bibir dan Gigi

Pilot dapat melacak kapal selam China dan "membiasakan" diri dengan laut, kata Huang.

Tempat menarik tertentu, katanya, adalah Selat Luzon, antara Taiwan dan Pulau Luzon Filipina, karena sekutu AS tidak sekuat di titik masuk Laut Cina Selatan seperti di Laut Cina Timur, katanya.

China telah membuat khawatir negara-negara lain karena memperluas klaimnya di lautan dari sekitar 2010 hingga 2017 dengan menimbun pulau-pulau kecil untuk keperluan militer, sipil, dan eksploitasi sumber daya.

Negara yang dipimpin Xi Jinping itu memiliki daya tembak yang lebih besar daripada negara penuntut maritim lainnya, termasuk Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam.

Baca Juga: Bikin Gemetaran, China Blak-blakan Asah Militernya untuk Serang Taiwan: Sangat Mengkhawatirkan, Niat Kejam Itu Bahkan Tak Disembunyikan

Pompeo menuduh Partai Komunis yang memerintah China awal bulan ini melakukan "eksploitasi, korupsi dan pemaksaan" dalam perlakuannya terhadap negara lain.

Beijing menunjukkan catatan penggunaan bersejarah sebagai dukungan atas klaimnya di sekitar 90% Laut Cina Selatan.

Dari penerbangan AS yang menurut organisasi penelitian China melewati lepas pantai pada bulan September, dilaporkan bahwa dua pertiganya pergi ke Laut China Selatan.

Beberapa pesawat menyamar sebagai pesawat Malaysia atau Filipina, menurut laporan online organisasi pada 12 Oktober. Laporan itu mengatakan pesawat AS dikirim untuk "memata-matai" China. (*)

Source : VOA News

Editor : Rifka Amalia

Baca Lainnya

Latest