Sosok,ID - China memberi sinyal kuat tak akan mundur selangkah pun dari perairan laut China Selatan.
Bahkan pada Senin (20/7/2020), dengan tegas China mengancam campur tangan negara-negara di luar Asia yang berdatangan dengan kekuatan militer ke perairan tersebut.
Secara tegas Tiongkok memperingatkan Amerika Serikat untuk tidak melakukan eskalasi militer lebih lanjut di Laut China Selatan.
Kini wilayah perairan yang cukup sibuk itupun semakin mendidih dengan ancaman yang diutarakan negeri Tirai Bambu tersebut.
Tak hanya kecaman dari Beijing, mereka juga telah menambahkan armada perang ke berbagai wilayah untuk mengantisipasi terjadinya hal tak terduga.
Mengutip dari US News, beberapa hari setelah AS mengumumkan mengirim dua kapal induk ke wilayah laut China Selatan, Tiongkok naik pitam.
Bahkan tindakan tersebut dianggap China sebagai provokasi dan tak boleh dibiarkan begitu saja.
Media pemerintah China pun pada hari Senin mengkonfirmasi bahwa pihaknya juga mengirim pasukan tambahan sebagai reaksi atas tindakan negeri Paman Sam.
Setidaknya China telah mengirim brigade pasukan penerbangan serta kapal tempur ke kepulauan Paracel.
Kepulauan Paracel adalah pulau buatan yang jadi sengketa di wilayah Laut China Selatan setelah Tiongkok kedapatan membangun pangkalan militer di sana.
Bahkan China juga berencana akan meningkatkan intensitas latihan serangan sasaran maritim dengan cara tembakan langsung.
Hal itu sebagai tanggapan terhadap kehadiran militer AS yang terjadi pertama kali dalam sejarah saat mengirim dua kapal induk sekaligus di satu perairan.
China mengklaim, kehadiran AS adalah pendorong nyata militerisasi di Laut China Selatan.
"Jika provokasi militer AS di Laut China Selatan masih terus berlanjut, China tidak memiliki pilihan selain melakukan lebih banyak latihan dan mengerahkan lebih banyak kapal perang dan pesawat perang di Laut China Selatan," lapor China Global Times.
Dijelaskan pula bahwa China juga dapat membangun zona pertahanan udara di sekitar wilayah yang dianggapnya serupa dengan yang telah memicu pertikaian sengit dengan AS di masa lalu.
Bahasa 'provokatif' yang digunakan China berfungsi sebagai penyelamatan terbaru dalam peningkatan dramatis antara pemerintahan Trump dan pemerintah Presiden China Xi Jingping dalam beberapa pekan terakhir.
Ilustrasi pesawat tempur Flanker J-11B China
Dikabarkan sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada awal pekan lalu mengumumkan bahwa, AS akan segera memulai sikap baru melawan Tiongkok.
AS tidak melanggar sikap netral resmi, akan tetapi mengumumkan dukungan baru bagi sekutu dan mitra yang juga mengklaim pulau, terumbu, dan daerah penangkapan ikan sebagai milik mereka.
Pernyataan tersebut sesaat setelah Beijing mengumumkan sanksi baru terhadap sejumlah anggota parlemen Amerika yang diyakini mengancam kedaulatan China di wilayah sengketa.
Hal itu tak terlepas dari perlakuan China terhadap Hongkong yang kian memanas akhir -akhir ini yang memicu banyak negara bereaksi termasuk AS dan Inggris.
Kapal induk USS Ronald dan USS Nimitz melakukan aksi latihan perang yang terdiri lebih dari 12.000 personel militer AS di antara dua kapal induk dan kapal penjelajah serta kapal perusak pengawal mereka, yang beroperasi di Laut China Selatan pada Jumat kemarin.
Dalam pernyataannya seperti yang dilansir CNN, Armada Pasifik AS menyebut kedua kapal induk, dengan lebih dari 120 pesawat dikerahkan di antara kedua kapal yang melakukan latihan pertahanan udara taktis untuk menjaga kesiapan dan kecakapan berperang.
"Pasukan berlatih ke tingkat kesiapan tertinggi untuk memastikan daya tanggap terhadap segala kemungkinan melalui proyeksi daya," tulis pernyataan tersebut.
Langkah berani yang diambil AS itupun tak diamkan oleh China, yang langsung merespon dengan mengerahkan jet tempur ke landasan terbang di pulau yang menjadi sengketa tersebut.
Melansir dari Forbes, pesawat tempur tersebut tertangkap citra satelit pada 15 Juli yang menunjukkan setidaknya ada empat jet yang dikirim ke sana.
Jet tempur yang dikirim diantaranya adalah varian J-11B buatan China dari jenis pesawat Flanker.
Pesawat ini secara umum setara dengan F-15 Eagle yang digunakan oleh Angkatan Udara AS.
Flankers berada di landasan terbang di Pulau Woody di Kepulauan Paracel.
Meskipun secara de facto ditempati oleh China, wilayah itu juga diklaim oleh Taiwan dan Vietnam, dan merupakan salah satu dari banyak pulau di daerah itu yang disengketakan. (*)