Sosok.ID - Pandemi virus corona alias Covid-19, telah menyebabkan seluruh negara di dunia kelimpungan.
Jumlah pasien terinfeksi yang kian hari makin banyak tak sebanding dengan jumlah petugas medis dan alat kesehatan.
Menurut pantauan Sosok.ID pada Kamis (2/4) pukul 20.40 WIB, berdasarkan data real time "Coronavirus Pandemic Covid-19 Live World Map/Count", virus ini telah menginfeksi sebanyak 962.861 orang.
Menyebabkan sebanyak 49.374 kematian, dan menginfeksi 206 negara di seluruh dunia.
Sementara total kasus sembuh dari Covid-19 mencapai 205.938 orang.
Pandemi ini telah memporak-porandakan segala sektor, terutama kesehatan.
Beberapa negara dengan kasus infeksi terparah seperti Italia dan China bahkan harus menghadapi sebuah pilihan kejam.
Tentang nyawa siapa yang harus diselamatkan, dan siapa yang harus direlakan.
Hal itu tentu bukan pekara sederhana.
Mengingat setiap orang di dunia memiliki hak untuk hidup dan selamat.
Namun rumah sakit, alat medis, dan dokter yang mengani terbatas.
Tidak sedikit petugas medis yang ikut gugur setelah berjuang menyelamatkan bangsanya masing-masing.
Di tengah keterbatasan fasilitas kesehatan di hampir seluruh negara, muncul sebuah kisah haru.
Pasien positif Covid-19 bernama Suzanne Hoylaerts, merelakan ventilatornya disaat ia sendiri tak mampu bertahan hidup.
Melansir dari Mirror via Tribunnews.com, Hoylaerts, seorang nenek berusia 90 tahun meninggal dunia pada Selasa (31/3) setelah menolak ventilator yang akan dipasangkan pada pernapasannya.
Hoylaerts yang sudah berusia renta mengatakan, ia akan memberikan alat medis yang seharusnya untuknya, kepada seseorang yang lebih muda.
Wanita Belgia, dari Binkom, dekat Lubbeek ini dirawat di sebuah rumah sakit setelah ia mengalami sesak napas dan kehilangan nafsu makan.
Saat dites Covid-19, dirinya positif terinfeksi virus corona dan segera ditempatkan ke ruang isolasi.
Pada fase itulah kondisinya kian memburuk.
Dokter berusaha menyelamatkan nyawanya dengan ventilator, namun Hoylaerts tak menerimanya.
"Saya tidak ingin menggunakan alat bantu napas buatan. Simpan itu untuk pasien yang lebih muda. Saya sudah memiliki kehidupan yang baik," kata Suzanne, dikutip dari Tribunnews.com.
Ia lalu meninggal dunia setelah sempat menjalani perawatan selama dua hari dan kemudian menolak ventilator tersebut.
Putrinya, Judith, mengatakan kepada surat kabar Belanda Het Laatste Nieuws bahwa ia bahkan tidak mengucapkan selamat tinggal pada ibunya.
Ia juga tidak diperkenankan untuk menghadiri pemakaman ibunya.
"Saya tidak bisa mengucapkan selamat tinggal padanya, dan saya bahkan tidak memiliki kesempatan untuk menghadiri pemakamannya," ungkap Judith.
Dia mempertanyakan bagaimana ibunya bisa terinfeksi, padahal ibunya telah karantina mandiri dan mengisolasi diri di rumah.
Meskipun begitu, Judith berusaha melepaskan kepergian ibunya.
Belgia sendiri saat ini (2/4) pukul 20.50 telah melaporkan sebanyak 15.348 kasus positif virus corona.
Sebanyak 1.011 orang tidak berhasil diselamatkan, sementara 2.495 orang telah dinyatakan sembuh. (*)