Sosok.ID - Sebuah postingan panjang, telah viral di sosial media.
Postingan tersebut ditulis seorang warga Jepara yang kecewa dengan pelayanan salah satu rumah sakit di kotanya.
"Senin, 16 Maret 2020. Kami mengantarkan pasien dari rumahnya ke Puskesmas Pakis Aji pukul 12.15," tulis warga tersebut, seperti dikutip Sosok.ID, dilansir dari TribunJateng.com, Rabu (18/3).
Diketahui, unggahan itu ditulis oleh Abdul Rosyid, warga yang ikut membantu korban untuk sampai ke rumah sakit.
Mbah Lukita (69), warga Desa Mambak, Kecamatan Pakis Aji, Kabupaten Jepara, meninggal dunia di tempat parkir RSUD RA Kartini Jepara (16/3).
Mbah Lukita datang diantar sebuah ambulans desa dari rumahnya ke Puskesmas Pakis Aji.
Namun kondisinya terlampau payah, hingga sopir ambulans, Abdul Rosyid memutuskan untuk sesegera mungkin sampai di RSUD Jepara, atas persetujuan keluarga.
"Karena memang keadaan almarhum sudah payah berangkatlah kami ke rumah sakit menggunakan ambulans sekitar 30 menit," kata Rosyid saat dikonfirmasi, Selasa (17/3).
Baca Juga: Sikap Anaknya Tiba-tiba Berubah 180 Derajat, Nagita dan Raffi Bingung Jelang Sunatkan Rafathar
Setibanya di lokasi, salah seorang penumpang meminta 'gledek' alias brankar untuk mengangkut pasien.
"Tapi sama petugas berbaju putih memakai masker, jawabnya 'gledek gledek, opo wes orak ono (brankar apaan, sudah tak ada)'," tirunya.
Tak tega melihat kondisi neneknya yang kritis, sang cucu memberanikan diri meminta petugas medis untuk memeriksa Mbah Lukita.
"Alhamdulilah petugas kesehatan datang meskipun hanya di dulek-dulek (memeriksa) dada pasien dan masuk kembali tanpa keterangan apapun," ungkap Rosyid.
Beberapa waktukemudian, satpam datang mendata pasien dan memberikan nomor antrean 19.
Sembari mengantre, Mbah Lukita yang masih belum mendapatkan brankar, tetap menunggu di dalam ambulans yang terparkir di UGD.
"Kami di datangi pak satpam dan berkata BOLEH MENUNGGU TAPI TIDAK BOLEH PARKIR DI SINI," tulis Rosyid di sosial media, disampaikan kembali dengan cerita yang sama saat dikonfirmasi oleh wartawan.
Rosyid pun menjauh dari UGD dan pindah ke tempat parkir, karena kondisi Mbah Lukita memang tak memungkinkan untuk diajak turun.
"Sekitar dua jam kami menunggu di parkiran hingga pasien akhirnya meninggal tanpa penanganan apapun dari petugas kesehatan," ujarnya.
Menurut Rosyid, lamanya penanganan dari petugas medis, telah merenggut nyawa Mbah Lukita yang sedang menunggu di dalam mobil ambulans, di parkiran rumah sakit.
Pada unggahan berjudul "POTRET BURUK PELAYANAN RSUD JEPARA, PASIEN MENINGGAL DUNIA SI TEMPAT PARKIR" yang sempat viral di media sosial itu, Rosyid meluapkan emosinya.
"Ya Allah.. kami maaaarah kpd pihak rumah sakit dan tak satu pun yg menjawab apalagi bertanggung jawab..
Kami hanya ingin di kemudian hari tidak ada mbah LUKITA LUKITA yang lain yang di perlakukan seperti ini,
Kemana kami harus mengadu selain kepadamu ya Robb..
Maaf bila ada pihak2 yg tidak berkenan dan tidak menerinya
Abdul Rosyid
Jepara, 16 Maret 2020," tulis Rosyid, mengakhiri kisah Mbah Lukita.
Baca Juga: Terkait Batalnya Pembelian Jet Tempur Su-35 Indonesia, Rusia Meradang dan Akhirnya Angkat Bicara
Seluruh brankar rumah sakit telah terpakai
Saat dihubungi secara terpisah, Direktur RSUD RA Kartini Jepara, Dwi Susilowati menjelaskan, pasien datang disaat seluruh brankar telah terpakai.
Mbah Lukita datang saat ruang IGD sedang penuh.
Menurut Dwi, tempat tidur yang berjumlah 13 unit beserta 12 brankar sudah terpakai seluruhnya.
"Memang kondisinya 25 unit tempat tidur dan brankar saat itu sudah terpakai semua, sehingga kami juga tidak bisa memberikan brankar itu untuk pasien," jelasnya.
Pasien datang tanpa surat rujukan
Dwi menjelaskan, alm Mbah Lukita datang tanpa membawa surat rujukan dari fasilitas kesehatan (faskes) pertama.
Sementara dijelaskan Rosyid sebelumnya, kondisi Mbah Lukita terlalu payah jika harus dibawa ke Puskesmas terlebih dahulu.
Rosyid dan keluarga memutuskan untuk langsung membawa pasien ke gawat darurat dengan harapan Mbah Lukita dapat diselamatkan.
Setidaknya, Rosyid berharap petugas medis melakukan sebuah tindakan atau upaya penyelamatan.
Dirujuk ke rumah sakit lain
Meski begitu, Dwi tak menampik bahwa pasien memang sempat dilarang parkir di dekat IGD.
"Memang sempat diingatkan petugas keamanan untuk tidak parkir di ruang IGD."
"Tapi tidak perlu jauh-jauh juga nggak apa," jelasnya.
Dengan kondisi pasien yang dalam keadaan gawat darurat, Dwi mengaku pihaknya telah mengarahkan pada keluarga pasien untuk membawanya ke rumah sakit lain.
Namun keluarga pasien yang datang tanpa surat rujukan itu, memilih untuk melalui proses mengantre.
"Kami sudah berusaha untuk merujuk ke rumah sakit lain tapi pasien tidak bersedia, padahal kami sudah menganjurkannya," tandasnya (*)