"Masker sekarang langka. Jadi pihak KBRI mengirimkan kami masker dan obat-obatan. Juga mengirimkan uang."
Sampai saat ini, Humaidi sudah mendapatkan bantuan uang sebanyak tiga kali.
Terakhir bantuan dana yang diberikan pemerintah RI sebesar 1.500 yuan China atau setara dengan Rp 2,9 juta.
"Saya hanya tidak habis pikir, kenapa kok karena batuk saja tidak bisa dievakuasi, karena hanya suhu tubuh tinggi saja tidak bisa pulang."
Humaidi juga menjelaskan kalau dirinya saat itu sangat yakin bisa dievakuasi karena dia berpikir, "Yang jemput kan pemerintah, saya saat itu yakin sekali bisa pulang. Saya yakin mereka bisa evakuasi saya. Tapi nyatanya tidak. Sekelas negara lho, masa sih tidak ada power?" ujar Humaidi dengan intonasi bicara yang terdengar kecewa.
Sejak saat dirinya gagal dievakuasi oleh pemerintah dirinya kembali ke asrama begitu juga dengan dua teman lainnya.
Namun asramanya dengan dua kawannya berjara 1 jam perjalanan dari Wuhan.
Sedang temannya yang bernama Kris masih tertahan di Jingzhou lantaran tak ada transportasi ke Wuhan sebab seluruh akses kota sedang dimatikan sementara.
"Jadi ya sebenarnya percuma juga (saat ini) dapat bantuan dana, tidak bisa beli keperluan karena tidak bisa keluar asrama," ujar Humaidi yang saat ini hanya menerima bantuan makanan dan masker dari kampusnya.
Dirinya pun merasa percuma mendapat bantuan uang lantaran tak bisa keluar asrama untuk beli bahan makanan sebab semua akses dan pertokoan tutup untuk sementara waktu.