Hanya ada beberapa relawan dari universitas yang datang ke asrama Humaida untuk membawakan daftar produk yang dapat dibeli di beberapa supermarket.
Namun barang yang dapat dibeli juga hanya seputar peralatan pribadi seperti sikat gigi, sabun, sampo.
Sedang bahan makanan yang dapat diperolehnya hanay makanan instan seperti mie, biskuit dan susu.
"Telur dan daging tidak dijual. Saya tidak tahu kenapa tapi yang jelas barang-barang itu tidak ada di daftar. Tidak semua supermarket juga buka," paparnya.
Kini, mahasiswa pascasarjana itu kerap memberikan kabar di akun instagram terkait kegiatannya selama terisolasi di asrama.
Otoritas China juga melakukan pemeriksaan terhadap warga asrama dengan mengecek suhu tubuh mereka secara berkala.
Walau begitu, Humaida hanya memikirkan nasib kawannya Kris yang berada jauh dari pusat kota, dirinya merasa kasihan lantaran Kris adalah seorang wanita.
"saya pikir dia (karena perempuan) mungkin bakal stres di sana. Tapi alhamdulillah sekarang setelah saya bicara dengannya melalui video call, dia tampak tegar dan tersenyum. Dia yang perempuan ternyata lebih kuat dari pada saya."
"Jika memang (pemerintah RI) mau evakuasi lagi, tolong dipikir baik-baik, bagaimana caranya bisa jemput teman saya Kris di Jingzhou itu. Kalau tidak bisa jemput dia, lebih baik tidak usah jemput kami semua. Saya ingin jika satu bisa dievakuasi, yang lain juga bisa," tegas Humaidi.