Sosok.ID - Isu mengenai batas wilayah Indonesia dengan China sedang memanas baru-baru ini.
Bahkan sampai membuat indonesia geram dan akhirnya mengirim kapal perang seperti Kapal Republik Indonesia (KRI) milik TNI AL ke kepulauan Natuna, Riau.
Hal tersebut dimaksudkan bahwa memberi gambaran pada beijing, Indonesia tak kan mundur satu langkah pun dari Laut Natuna.
Langkah yang dilakukan itu adalah bentuk nyata sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui termasuk dengan Indonesia dan China dalam peraturan batas wilayah laut.
Sebab perairan Natuna berdasarkan Konvensi United Nations Convention on The Law of The Sea (UNCLOS) 1982, jelas wilayah yang jadi sengketa itu masuk dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.
Namun kenekatan China di wilayah ZEE Indonesia itu pun tak didiamkan oleh pemerintah.
Hingga terakhir, dilansir dari Kompas.com, Presiden dengan didampingi beberapa menteri serta petinggi TNI datangi langsung Natuna.
Presiden Joko Widodo menegaskan, wilayah Kepulauan Natuna merupakan teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kepulauan tersebut beserta perairannya secara administratif termasuk dalam Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, yang menjadi kabupaten terluar di sebelah utara.
Hal itu disampaikan Presiden Jokowi saat bertemu dengan ratusan nelayan di Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Selat Lampa, Pelabuhan Perikanan Selat Lampa Natuna, Kabupaten Natuna, Rabu (8/1/2020).
"Di Natuna ini ada penduduknya sebanyak 81.000, juga ada bupatinya dan gubernurnya (Kepulauan Riau). Jadi jangan sampai justru kita sendiri bertanya dan meragukan. Dari dulu sampai sekarang, Natuna ini adalah Indonesia," ujar Jokowi, seperti dikutip dari siaran pers resmi.
Terkait dengan insiden masuknya kapal asing yang banyak diberitakan belakangan ini, Jokowi menjelaskan bahwa tidak ada kapal asing yang memasuki teritorial Indonesia. "Tapi, kita juga harus tahu apakah kapal negara asing ini masuk (laut) teritorial kita atau tidak. Enggak ada yang masuk teritorial kita. Tadi saya tanyakan ke Panglima TNI, tidak ada," kata Presiden Jokowi.
Keberadaan kapal coast guard China itu hanya sebatas wilayah ZEE kepulauan Natuna.
Hal itu tak lepas dari usaha kapal penjaga perbatasan milik Indonesia yang bekerja keras menghalau kapal China yang mencoba mengganggu batas wilayah Indonesia.
Yang menjadi menarik adalah saat menghalau kapal coast guard milik China yang dilengkapi persenjataan, ternyata kapal milik Badan Keamanan Laut (Bakamla) Indonesia hanya bermodal kecerdikan.
Sebab kapal pengaman perbatasan seperti yang beroperasi di laut Natuna milik Indonesia tak dilengkapi dengan persenjataan apapun.
Cara cerdik menghalau kapal pemerintah China yang coba menerobos masuk wilayah Indonesia itu disampaikan oleh ketua Bakamla saat menjadi bintang tamu di acara Mata Najwa.
Melansir dari Youtube Channel Najwa Shihab, Kamis (9/1/2020), saat Najwa melontarkan pertanyaan mengenai video yang beredar saat Bakamla menghalau kapal coast guard China.
Najwa awalnya bertanya apa yang dilakukan petugas perbatasan Natuna saat mengetahui kapal pemerintah China itu bertemu dengan kapal Bakamla.
"Kita tau jawaban mereka (petugas perbatasan China), bilangnya itu wilayah kami, tidak mau keluar. Dan setelah itu apa?" tanya Najwa.
"Kita (Bakamla) tetap hadir disana mbak Nana, sampai detik ini masih seperti itu," Jawab Kepala Bakamla aksamana Madya Achmad Taufiqqoerrochman.
Namun Achamd mengatakan bahwa memang seperti itu biasanya petugas perbatasan yang lakukan prosedur pengusiran kapal asing dari laut Indonesia.
Saat Nana, sapaan Najwa Shihab memperjelas bagaimana kondisi pengusiran kapal asing itu pun dibenarkan oleh Achmad bahwa prosedurnya memang begitu.
"Jadi saut, sautan saja?" tanya Nana.
"Betul, seperti itu," sahut Achmad.
Salah satu bintang tamu yang juga anggota DPR RI, Mutia Hafid pun menyaut perbincangan keduanya dengan menanyakan usaha apa yang dilakukan Bakamla untuk mengusir kapal asing.
"Ini sudah dikejar atau apa?" tanya Mutia Hafid.
"Kita sudah giring ke Utara, tapi mereka (kapal China) tetap nggak mau, kita pepet tapi gak boleh bermanuver membahayakan," tandas Achmad.
Najwa pun menjadi penasaran dengan kapasitas kapal Bakamla hingga berani mengusir kapal pemerintah China dengan memepet mereka.
"Kapalnya (coast guard China) jauh lebih besar dari kapal Bakamla ya pak?" tanya Najwa Shihab sebagai presenter.
"Ah relatif sama, kita 110, sana (kapal China) 145," ujar Kepala Bakamla.
"Peralatan senjatanya?," tambah Najwa.
"Kita pakai keris," sebut Achmad selaku Kepala Bakamla.
Kapal penjaga perbatasan Indonesia memang tak dilengkapi dengan persenjataan layaknya kapal coast guard milik China yang lengkap dengan senjatanya.
Sebab sesuai dengan peraturan pemerintah, sebelum diijinkan oleh Presiden memang kapal-kapal Bakamla tidak diperbolehkan dilengkapi dengan persenjataan.
Laksamana Madya Achmad Taufiqoerrochman mengatakan memang di Peraturan Menteri Pertahanan, tidak mengijinkan kapal penjaga perbatasan dilengkapi dengan persenjataan.
Namun, Achmad mengatakan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto sudah memberi isyarat untuk penyediaan kapal bersenjata bagi penjaga perbatasan laut Indonesia.
"Tapi saya sudah menghadap pak Prabowo, beliau langsung berkata 'belikan yang besar'," sebut Achmad dengan meniru gaya bicara Prabowo.
Najwa pun terheran sambil bertanya, "Jadi selama ini Bakamla tak memiliki kapal bersenjata? ya gimana mau mepet kapal asing kalau senjatanya hanya keris," tandas Najwa Shihab. (*)