Sosok.ID - Serangan roket atau rudal ke pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Erbil, Irak dini hari tadi menyadarkan semua warga bumi jika pertempuran sengit segera terjadi.
Iran selaku penyerang menegaskan jika tembakan rudal yang mereka lakukan demi membalas kematian sang jenderal, Qasem Soleimani.
Presiden AS Donald Trump yang terganggu tidurnya gegara mengetahui serangan ini langsung berkomunikasi dengan Pentagon dan petinggi militernya untuk melakukan tindak balas.
Benar saja, tak sampai 1 x 24 jam kesatuan US Army dari 82nd Airborne Brigade "All American" langsung diberangkatkan ke Timur Tengah menuju Kuwait.
Misi dan target mereka masih dirahasiakan demi terjaganya efek 'Surprise Attack' alias pendadakan.
Sebelum menunggu kemana dan tugas apa yang akan dilakukan brigade tersebut, AS kemudian mengidentifikasi roket apa yang menghujani markas militernya.
Ternyata Garda Revolusi Iran menggunakan roket usang buatan Uni Soviet sejak Perang Dunia II.
Roket tersebut adalah Katyusha.
Mengutip aljazeera.com, Rabu (8/1/2020) Katyusha atau yang dijuluki Stalin Organ ini dikembangkan pada tahun 1938 oleh Georgy Langemak.
Baru pada tahun 1941 Plant Comintern in Voronezh memproduksi massal Katyusha yang diklasifikasikan sebagai (Multiple Launch Rocket Systems/ MLRS).