Kurangnya tenaga pengajar juga menjadi masalah yang cukup pelik.
Pasalnya, bila kepala sekolah atau guru ada dinas ke luar daerah, murid-murid terpaksa harus diliburkan selama berminggu-minggu bahkan pernah sampai setahun.
Belum lagi menyinggung soal penggelapan dana BOS yang tidak digunakan sebagaimana mestinya hingga murid-muridnya harus menderita seperti ini.
"Hal paling aneh di republik ini adalah ketika seorang PNS tidak menjalankan tugasnya bertahun tahun pun tidak dipecat. Penggelapan Dana Bos besar-besaran dianggap Kita doyan memelihara generasi perusak masa depan bangsa.
Beratus-ratus miliyar uang negara untuk pendidikan dihabiskan hingga yang tersisa adalah ruang kelas layaknya gudang harus ditempati untuk menuntut ilmu. Tidak ada seragam, buku, pensil, meja dan bangku layak pakai. Beginilah Indonesia. Beginilah Papua," tulis Diana seperti yang dikutip Sosok.ID dari postingannya untuk Mendikbud.
Bukan hanya kurangnya tenaga pengajar, sekolah tempat Diana mengajar rupanya juga memiliki fasilitas yang memprihatinkan.
Bayangkan saja, untuk menulis dan memperhatikan pelajaran, murid-muridnya harus lesehan dan membungkuk di lantai tanah karena meja dan bangku kelas yang sudah reyot.
Melansir Kompas.com dan Tribunnews, kondisi inilah yang membuat Diana akhirnya menuliskan surat terbuka untuk Mendikbud, Nadiem Makarim.
Diana tidak tahan bila setiap hari muridnya harus mengalami kondisi seperti ini hanya untuk menempuh pendidikan yang bahkan mungkin tak seberapa di kota-kota besar.
Dalam suratnya, Diana berharap bila Nadiem Makarim akan membuat program skala nasional dalam rangka mencerdaskan anak-anak di pedalaman.