Ide ini mengemuka ketika kunjungan Presiden Perancis Emmanuel Macron ke wilayah itu di mana 80 Rafale F4 sepakat dijual dari Paris ke Abu Dhabi.
Sejak saat itulah penjualan ini disebut sebagai 'kemenangan besar' bagi Rafale Perancis.
Tidak hanya UEA, Perancis juga menarget India untuk membeli Rafale sebagai tuntutan mereka membuat kemitraan militer dan strateginya semakin bervariasi.
India adalah anggota dari blok QUAD yang dipimpin oleh AS, sehingga sementara hubungannya tampaknya sudah stabil, Perancis diyakini telah memutuskan untuk mengambil jalannya sendiri setelah dilecehkan oleh pengaturan anti-China.
Prancis terus melihatnya sebagai tindakan menyudutkan, itulah sebabnya keputusan UEA untuk bergantung pada Rafale alih-alih mengejar F-35 dapat dilihat sebagai kemenangan diplomatik Prancis dan respons tegas terhadap salah satu sekutu tertuanya, AS.
Baca Juga: Tegang, Para Pemberontak Myanmar Patungan Demi Berantas Kudeta Militer
Bisa juga berspekulasi bahwa Prancis mengisi kekosongan yang diciptakan oleh keraguan AS atas penjualan F-35.
Atau mungkin, Washington dan Paris bisa mencapai semacam pemahaman tidak resmi tentang menyerahkan ruang kepada yang lain — seperti yang dilakukan Prancis di teater Indo-Pasifik dan Amerika di kawasan Teluk-Arab.
Indonesia juga sudah memutuskan untuk memborong Rafale dari Perancis bersama dengan F-15 EX dari AS. (*)