Namun, dunia tidak menyoroti pembantaian Timor Leste atau yang dikenal sebagai genosida Timor Timur, sebesar sorotan pada pembantaian Yahudi oleh Nazi.
Bahkan, Intisari menyebut, pembantaian ini ditutup dengan rapi, di mana hampir sebagian besar politisi dunia memilih untuk bungkam.
Sebuah tulisan berjudul "East Timor: A People Shattered By Lies and Silence," yang ditulis oleh Prof. Antonio Barbedo de Magelhaes, dari Universitas Oporto Portugal menyoroti masa invasi Indonesia ke Timor Timur.
Invasi ini, disebut bukan hanya menjadi bencana besar bagi rakyat Timor Timur, tapi juga bagi politisi Australia, Amerika Serikat, dan bahkan Indonesia.
Banyak politikus dunia memilih untuk melupakan masalah ini demi mengkondisikan modernisasi politiknya, dan mempengaruhi citra internasionalnya.
Dr. Henry Alfred Kissinger, mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, mempresentasikan bukunya sendiri, "Diplomacy" di New York pada 11 Juli 1995.
Dia disebut tidak membongkar mengenai apa yang terjadi di Timor Timur.
"Timor tidak pernah berdiskusi dengan kami ketika kami berada di Indonesia", ujar Kissinger.
Menurut dia, Indonesia sempat memberi tahu bahwa mereka akan menduduki Timor Timur, tetapi Amerika tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang penting.
"Di bandara, ketika kami pergi, orang Indonesia memberi tahu kami bahwa mereka akan menduduki jajahan Portugis di Timor," katanya.