Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Bercucuran Tangis Mengadu kepada Prajurit Australia, Rakyat Timor Leste Ingin Mati di Tempat Lain ketimbang di Negara Sendiri

Rifka Amalia - Minggu, 08 November 2020 | 12:42
Kolase Xanana Gusmao dan bendera Timor Leste.
Kolase/Timor Lests Flag/Pos Kupang

Kolase Xanana Gusmao dan bendera Timor Leste.

Sosok.ID -Dalam sebuah referendum yang disponsori Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 30 Agustus 1999, mayoritas rakyat Timor Timur memilih hengkang dari Indonesia.

Segera setelah referendum, kekacauan melanda negara tersebut.

Milisi anti-kemerdekaan Timor Leste memulai kampanye militer bumi hangus, membunuh setidaknya1.400 nyawa rakyat Timor Timur.

Secara internasional, Timor Leste baru diakui sebagai negara dan resmi merdeka dari Indonesia pada 20 Mei 2002.

Baca Juga: Pantas Saja Australia Ngebet Ingin 'Berteman' dengan Indonesia, Ternyata RI Diprediksi Akan Alami Hal Hebat Ini di Masa Depan

Namun tak berselang lama, krisis hebat melanda Bumi Lorosae di mana rakyat murka pada pemerintah.

MenyadurReliefweb,sekira tahun 2006-2007, penduduk Timor Leste terlibat bentrok dengan polisi dan pasukan militer bersenjata.

Situasi politik di Dili saat itu sangat mencekam, Februari 2007, gelombang kemarahan publik terjadi secara besar-besaran.

Penduduk sipil marah besar kepada pemerintah Timor Leste hingga melakukan aksi perlawanan.

Baca Juga: Rela Tinggalkan Keluarga Demi Hidup di Indonesia, Pengungsi Timor Leste Curhat Tak Kunjung Diberi Kepastian Status Setelah 20 Tahun

Semuanya semakin buruk, ketika Perdana Menteri Xanana Gusmao memerintahkan untuk menangkap Alfredo Reinadopemimpin pemberontak pada krisis Timor Leste di masa itu.

Source :Intisari Online

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x