Sosok.ID-Sudah bukan rahasia lagi, perseteruan antara dua negara pemegang kekuatan militer terbesar saat ini,Amerika Serikat dan Chinasemakin memanas.
Meski terlihat kalem di permukaan, kedua negara ini memang memiliki sentimen tersendiri soal militerbahkan makin memuncak dalam beberapa waktu terakhir.
Salah satunya soal cara kedua negarayang kini kepergok mencoba menjadi negara yang paling berpengaruh di dunia melalui jalur militer.
Terlihat dari nafsu keduanya untuk membangunpangkalan militer hampir di seluruh penjuru bumi.
Belum lamaini, perselisihan bermula dari rencana China untuk membangun infrastruktur militer di Uni Emirat Arab (UEA), yang merupakan salah satu sekutu utama AS.
Melansir dari The Wall Street Journal, sebuahcitra satelit dari pelabuhan Khalifa telah mengungkapkan pekerjaan konstruksi yang mencurigakan.
Pembangunan tersebut terlihat di dalam terminal peti kemas yang dibangun dan dioperasikan oleh perusahaan pelayaran China Cosco.
Pemerintahan AS langsung mengadakan pembicaraan mendesak dengan pihak berwenang UEA, atas kegiatan militer di sana.
Hal itu pun membuktikan bahwa pengaruh militer China di seluruh dunia terus berkembang luas.
Dikutip dari express.co.uk pada Jumat (3/12/2021), Chinakini tengah berusaha untuk membangun lebihfasilitas militer di berbagai wilayah.
Yang menjadi sorotan dunia internasional salah satunya adalahpangkalan udara di pulau-pulau buatan di Laut China Selatan.
Demimenahan laju perkembangan militer China, aliansiAUKUS, aliansi keamanan dengan Inggris dan Australia yang berdiri pada bulan Oktober disebut jadi salah satu cara AS bertindak.
Pakta tiga arah itu akanmembuat Australia memperoleh kapal selam bertenaga nuklir dari Amerika Serikat (AS).
Washington juga telah meningkatkan penjualan senjata ke Taiwan, yang memodernisasi militernya.
Selain itu, AS juga dituding menjadi dalam dalam tindakan Taiwan mengembangkan apa yang disebut "kemampuan perang asimetris".
Semua yang dilakukan AS tersebut didugauntuk menggagalkan setiap serangan dari Beijing, yang mengklaim pulau itu sebagai miliknya.
Tak hanya pangkalan militer, China jugamembuat jalur air utama seperti Teluk Persia atau Bab el-Mandeb.
Hal itubisa memberikan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China peluang yang lebih baik untuk memata-matai ataumenyerang pasukan AS.
Seperti yang pernah terjadi di Djibouti, di Afrika timur.
Pada 2019, China diam-diam mengamankan penggunaan pangkalan angkatan laut Ream Kamboja dan pada 2017 mendirikan instalasi angkatan laut luar negeri pertamanya di Djibouti.
Bahkan sebelum itu,PLA China membangun pangkalan udara dan instalasi lain di Laut China Selatan, yang di mana ini seringkali bertentangan dengan hukum internasional.
Kini China tengahmembangun pangkalan militer mereka di negara-negara dari Argentina hingga Sri Lanka dan pulau-pulau Kiribati. (*)