Itu adalah kecelakaan fatal ketiga yang melibatkan jet-jet tempur aktif Taiwan dalam kurun waktu enam bulan.
Pengamat militer yang berbasis di Makau, Antony Wong Tong, mengatakan bahwa PLA telah menggunakan J-7 yang dikonversi menjadi drone untuk latihan sejak 1997.
Baca Juga: Mulai Berani? Taiwan Desak AS Hancurkan China untuk Hentikan Invasi, Ketakutan Perang Sangat Kencang
“Ada banyak varian J-7yang semuanya dijuluki mini F-16,” tutur Wong.
“China Daratan juga telah mengekspor varian J-7 ke Pakistan, yang menggunakannya untuk pertempuran udara tiruan,” imbuh Wong.
J-7 dikembangkan dan dibuat oleh perusahaan milik negara Shenyang Aircraft Corporation pada 1965 dan pembuatannya berhenti pada 2013.
Lu Li-shih, mantan instruktur di Akademi Angkatan Laut Taiwan, berujar bahwa PLA mulai membuat UAV untuk mengatasi kondisi banyaknya kelompok lansia akibat kebijakan “satu anak” pada 1980.
“Ada ratusan alasan mengapa China daratan datang membawa beberapa taktik tempur baru melawan Taiwan,” kata Lu.
Baca Juga: China Sebut Jepang Gali Kuburan Sendiri Jika Nekat Gabung Militer AS Bantu Taiwan Menang Perang
Ben Ho, seorang analis di S Rajaratnam School of International Studies Singapura, meyakini bahwa China telah mempelajari taktik yang digunakan dalam konflik Nagorno-Karabakh September lalu.
Dalam konflik Nagorno-Karabakh, Azerbaijan dan Armenia bertempur memperebutkan wilayah itu.
Para tentara Armenia tertipu menembak drone target versi biplan Antonov An-2 era Uni Soviet.