Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Sehari setelah Indonesia Terlibat, Protes Kudeta Myanmar Makin Membabi Buta, Demonstran Teriak: Mimpi Kami Telah Mati!

Rifka Amalia - Kamis, 25 Februari 2021 | 19:00
Demonstrasi melawan militer yang berkuasa di Myanmar.
The Guardian via Intisari Online

Demonstrasi melawan militer yang berkuasa di Myanmar.

Indonesia dikecam

Masalah pemilu telah muncul di tengah upaya diplomatik pertama untuk menemukan jalan keluar dari krisis, dengan Indonesia memimpin dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengatakan pada hari Rabu bahwa dia telah mengadakan pembicaraan intensif dengan militer Myanmar dan perwakilan dari pemerintah yang digulingkan.

Menteri Retno Marsudi bertemu dengan menteri luar negeri Myanmar yang ditunjuk militer, Wunna Maung Lwin, untuk melakukan pembicaraan di ibukota Thailand pada hari sebelumnya.

Tetapi intervensi Indonesia telah menimbulkan kecurigaan di antara penentang kudeta di Myanmar yang khawatir kudeta tersebut akan memberikan legitimasi pada junta dan upayanya untuk membatalkan pemilihan November.

Baca Juga: JuntaMyanmar Lagi-lagi Sebut Tindakannya Bukan Kudeta, Janji Gelar Ulang Pemilu Saat Demo Merajalela

Retno mengatakan kepada wartawan bahwa kesejahteraan rakyat Myanmar adalah prioritas utama.

"Kami meminta semua orang untuk menahan diri dan tidak melakukan kekerasan," katanya setelah berbicara dengan menteri Myanmar dan mitranya dari Thailand, Don Pramudwinai.

Sebuah laporan Reuters minggu ini mengutip sumber yang mengatakan bahwa Indonesia mengusulkan agar anggota ASEAN mengirim pengawas untuk memastikan para jenderal menepati janji mereka untuk pemilihan yang adil.

Militer belum memberikan kerangka waktu untuk pemilu meski memberlakukan keadaan darurat satu tahun ketika merebut kekuasaan.

Baca Juga: Myanmar Rangkul Senjata Rusia untuk Pecundangi China, Terbukti dari Rekaman Kudeta

Retno tidak menyebut pemilu tetapi menekankan “pentingnya proses transisi demokrasi yang inklusif”.

Source :Reuters

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x