Sosok.ID - Pendukung dan penentang militer Myanmar bentrok di jalan-jalan Yangon pada hari Kamis (25/2/2021).
Pihak berwenang memblokir siswa yang meninggalkan kampus mereka untuk berdemo, sehari setelah kesibukan diplomasi pertama yang bertujuan untuk menyelesaikan krisis, melibatkan Indonesia di dalamnya.
Myanmar telah berada dalam kekacauan sejak tentara merebut kekuasaan pada 1 Februari.
Pemimpin pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi dan sebagian besar pimpinan partainya ditahan setelah militer mengeluhkan kecurangan dalam pemilihan November lalu.
Melansir dari Reuters, ada sekitar tiga minggu protes dan pemogokan setiap hari dan para mahasiswa berjanji untuk keluar lagi (berdemo) di pusat komersial Yangon pada hari Kamis.
“Kami, mahasiswa, harus menghancurkan kediktatoran,” kata Kaung Sat Wai, 25, di luar kampus universitas utama Yangon.
“Sejak kudeta, hidup kami menjadi tanpa harapan, mimpi kami telah mati.”
Tetapi polisi memblokir gerbang kampus, menghentikan ratusan mahasiswa yang keluar untuk berbaris.
Pada saat yang sama, sekitar 1.000 pendukung militer berkumpul untuk unjuk rasa di Yangon tengah.
Beberapa dari mereka mengancam fotografer berita, kata pekerja media, dan bentrokan pecah antara demonstran pro dan anti-militer.