Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Myanmar Porak-poranda Sejak 1 Februari, AS Tegas Sanksi 2 Jenderal Pembuat Onar, Begini Ancamannya!

Rifka Amalia - Selasa, 23 Februari 2021 | 18:35
Amerika Serikat pada hari Senin menjatuhkan sanksi terhadap dua anggota junta militer Myanmar.
Xinhua

Amerika Serikat pada hari Senin menjatuhkan sanksi terhadap dua anggota junta militer Myanmar.

Sosok.ID - Kudeta Myanmar telah terjadi sejak 1 Februari 2021, di mana militer mengambil alih kekuasaan dan menciptakan kekacauan.

Sejak saat itu masyarakat Myanmar gencar turun ke jalan-jalan melakukan protes agar kudeta dihentikan.

Tetapi jenderal yang berkuasa dalam sebuah kesempatan menegaskan bahwa yang berlangsung di negaranya bukanlah kudeta, melainkan upaya menyelamatkan negara.

Melihat Myanmar yang semakin meresahkan dengan protes tak jarang berujung kematian,Amerika Serikat pada hari Senin menjatuhkan sanksi terhadap dua anggota junta militer Myanmar.

Baca Juga: Keadaan Myanmar Makin Mencekam Gegara Warga Sipil Ditembaki Militer, 2 Jenderal Akhirnya Dijatuhi Sanksi Oleh AS, Ini Sanksinya!

AS mengancam tindakan lebih lanjut atas kudeta 1 Februari di negara itu.

Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri Departemen Keuangan mengatakan langkah itu ditujukan pada Jenderal Maung Maung Kyaw, yang merupakan panglima angkatan udara, dan Letnan Jenderal Moe Myint Tun, mantan kepala staf militer dan komandan salah satu operasi khusus militer, biro yang mengawasi operasi dari ibukota, Naypyidaw.

"Militer harus membatalkan tindakannya dan segera memulihkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis di Burma, atau Departemen Keuangan tidak akan ragu untuk mengambil tindakan lebih lanjut," kata departemen itu dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: JuntaMyanmar Lagi-lagi Sebut Tindakannya Bukan Kudeta, Janji Gelar Ulang Pemilu Saat Demo Merajalela

“Kami tidak akan ragu untuk mengambil tindakan lebih lanjut terhadap mereka yang melakukan kekerasan dan menekan keinginan masyarakat,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam sebuah pernyataan.

Pemogokan massal terhadap pemerintahan militer menutup bisnis di Myanmar pada hari Senin dan demonstrasi besar berkumpul dengan damai meskipun ada kekhawatiran akan kekerasan setelah pihak berwenang memperingatkan bahwa konfrontasi bisa mematikan.

Tiga minggu setelah merebut kekuasaan, junta gagal menghentikan protes harian dan gerakan pembangkangan sipil yang menyerukan pembalikan kudeta dan pembebasan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

"Kami menyerukan kepada militer dan polisi untuk menghentikan semua serangan terhadap pengunjuk rasa damai, segera membebaskan semua yang ditahan secara tidak adil, menghentikan serangan dan intimidasi terhadap jurnalis dan aktivis, dan memulihkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis," kata Blinken.

Baca Juga: Myanmar Rangkul Senjata Rusia untuk Pecundangi China, Terbukti dari Rekaman Kudeta

Baca Juga: Kirimkan Pasukan Perdamaian PBB, Ribuan Rakyat Myanmar Menuntut Aung San Suu Kyi Dibebaskan

Seperti beberapa perwira militer yang disebutkan dalam putaran pertama sanksi AS terhadap Myanmar sejak kudeta, kedua jenderal yang masuk daftar hitam pada hari Senin telah ditunjuk sebagai anggota Dewan Administrasi Negara junta.

Sementara itu, militer bersikeras bahwa tindakan mereka bukan kudeta.

"Untuk memastikan demokrasi dan kemakmuran, orang harus bekerja sama dengan kami tanpa harus emosional," kata Zaw Min Tun dalam konferensi pers resmi pertama militer sejak pengambilalihan 1 Februari.

(Handoyo/Kontan)

Source :Kontan.co.id

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x