Sosok.ID -Baru-baru ini kabar mengenai perkembangan militer Indonesia memang cukup mengejutkan di mata dunia dengan menempati peringkat 16 militer terkuat di dunia.
Peringkat tersebut bahkan mengalahkan negara-negara dengan teknologi militer canggih seperti Arab Saudi, Spanyol hingga Israel.
Kekuatan militer Indonesia memang tak bisa dianggap enteng oleh banyak negara, karena banyak faktor salah satunya adalah kemampuan personil yang cukup mumpuni.
Salah satu contohnya adalah sosok yang cukup berpengaruh di tubuh TNI kala masih aktif sebagai prajurit.
Baca Juga: Tingkatkan Daya Endus, Amerika Kirim Pesawat Mata-mata U-2 Dragon Lady ke Korea Utara
Bahkan ia dijuluki sebagai Raja Intelijen Indonesia lantaran sepak terjangnya dalam hal mata-mata atau spionase.
Banyak operasi rahasia bisa sukses kala ia tangani dengan mulus termasuk saat selundupkan senjata sebanyak 2.000 dan bawa pulang jet tempur dari Israel.
Hal itu terungkap dalam buku berjudul, "Benny Moerdani yang Belum Terungkap."
Benny Moerdani adalah perwira militer dan intelijen yang hebat dan berhasil melaksanakan banyak misi dan pertempuran untuk Presiden Soeharto.
Dua misi super rahasia dan ekstrem pernah dilakoninya kala masih menjadi anggota intelijen Indonesia.
Yakni saat menyelundupkan 2.000 senjata ke Afganistan, dan pembelian pesawar tempur A-4E Skyhawk dari Israel yang sukses tanpa ketahuan.
Presiden Soeharto
Dalam hal penyelundupan 2.000 senjata ke Afganistan, Benny Moerdani masih di bawah komando Soeharto saat belum menjabat sebagai Presiden.
Kisahnya berawal saat pasukan Uni Soviet akan menduduki Afganistan, sehingga membuat AS yang sedang melakukan perang dingin gusar.
Baca Juga: Korut Curiga Kecelakaan Kereta Api Maut di Negaranya Merupakan Operasi Intelijen Korsel
Saat itu diketahui Indonesia cukup dekat dengan AS yang kemudian turun tangan membantu mereka.
Kala itu Soeharto mengutus Asisten Intelijen Pertahanan dan Keamanan, Benny Moerdani untuk bertemu kepala intelijen Pakistan.
"Pertemuan itu membahas permintaan pejuang Afganistan dan intelijen Pakistan untuk penyediaan logistik, obat-obatan, dan persenjataan buat pejuang Afganistan," Kata Marsekal Madya (Purn) Teddy Rusdy.
Dalam pertemuan tersebut akhirnya disepakati, Indonesia akan melakukan misi bernamaBabut Mabur atau permadani terbang.
Operasi ini bertujuan untuk mengirim senjata sumbangan dari Uni Soviet pada Indonesia untuk diserahkan ke Afganistan, menurut persetujuan Soeharto.
"Waktu itu terkumpul 2.000 senjata, cukup untuk dua batalion," kata Teddy.
Awalnya nomor seri senjata itu dihapus terlebih dahulu,lalu dikirimkan mulai Juli 1981 ke Afganistan.
Cara pengirimannya pun dilakukan dengan cukup rapi dan rahasia yakni semua dimasukan ke dalam peti dan diberi tanda palang merah sebagai kamuflase.
Saat itu, Teddy diberi tugas oleh Benny Moerdani untuk mengantar peti itu dengan kargo udara, memakai Boeing 707 milik Pelita Air.
Intel Pakistan pun siap menunggudenga membawa 20 truk untuk mengangkut persenjataan dari Indoensia tersebut.
Akhirnya misi penyelundupan ini pun sukses diterima pejuang Afganistan.
Misi lain yang sukses dilaksanakan adalahmisi ke Israel yang juga dipercayakan ke Benny Moerdani.
Operasi rahasia ini diberi namaOperasi Alpha.
Penamaan misi ini diambil dari huruf depan pesawat A-4E Skyhawk yang akan dibeli secara diam-diam oleh Indonesia.
Menjadi cukup menegangkan dan cukup menegangkan lantaran dalam kurun waktu tersebut INdonesia tidak memiliki perjanjian diplomatik dengan Israel.
Benny Moerdani bahkan sampai mengancam anggota yang ikut dalam misi super rahasia ini jika gagal kewarganegaraannya tidak akan diakui.
"Yang ragu-ragu silahkan kembali," ucap Benny.
Dalam misi ini, intelijen Indonesia harus mengirim tim mulai dari teknisi hingga pilot secara diam-diam.
Bahkan saat dalam perjalanan semua identitas dari anggota intelijen di bawah komando Benny Moerdani ini diperintahkan untuk di buang saat berada di laut Singapura.
Selain itu, dalam perjalanannya, mereka dilarang menyebut nama Israel namun diganti dengan istilah Arizona.
Akhirnya, para prajurit pemberani ini berhasl terbang ke Frangfurt Jerman, lalu berganti pesawat dan mendarat di Ben Gurion Tel Aviv, Israel.
Agen Mossad (intelijen Israel) langsung bisa mengenali penumpang gelap tanpa paspor saat prajurit Indonesia ini sampai ke wilayah Israel.
Misi super rahasia ini berakhir pada 20 Mei 1980 dengan keberhasilan tim ini pulang ke Indonesia melalui Washington.
(*)