Follow Us

Perang Dunia 3 Makin Dekat? Peningkatan Jual Beli Senjata Tempur Canggih Jadi Bukti, Tahun 2019 Capai Rp 5.000 Triliun!

Andreas Chris Febrianto Nugroho - Senin, 07 Desember 2020 | 17:17
ilustrasi. Perang Dunia 3 Makin Dekat? Peningkatan Jual Beli Senjata Tempur Canggih Jadi Bukti, Tahun 2019 Capai Rp 5.000 Triliun!
China Military

ilustrasi. Perang Dunia 3 Makin Dekat? Peningkatan Jual Beli Senjata Tempur Canggih Jadi Bukti, Tahun 2019 Capai Rp 5.000 Triliun!

Industri senjata AS menyumbang 61 persen dari penjualan senjata oleh produsen 25 terbesar dunia pada 2019, di atas China 15,7 persen, menurut Stockholm International Peace Research Institute.

Melansir AFP pada Senin (7/12/2020), total penjualan oleh "Top 25" produsen senjata dunia naik 8,5 persen menjadi 361 miliar dollar AS (Rp 5,097 kuadriliun), atau 50 kali lipat dari anggaran tahunan operasi penjaga perdamaian PBB.

Enam perusahaan senjata AS dan tiga perusahaan senjata China berada di 10 besar.

Baca Juga: Karena Visa, China-Amerika Bisa Saling Gontok-gontokan

"China dan Amerika Serikat adalah dua negara terbesar dalam hal belanja senjata global, dengan jumlah perusahaan yang diperkecil," kata Lucie Beraud-Sudreau, direktur program belanja senjata dan militer SIPRI, kepada AFP.

AS memang diketahui telah mendominasi sebagai penjual senjata perang dalam beberapa dekade terakhir.

Namun kini China menjadi salah satu pesaingnya dengan kenaikan sekitar 5 persen penjualan senjata di tahun 2019.

"Peningkatan ini (China) sesuai dengan implementasi reformasi untuk memodernisasi Tentara Pembebasan Rakyat yang sedang berlangsung sejak 2015," kata Beraud-Sudreau.

Baca Juga: Rusia Mengamuk, Kerahkan Kapal Perang untuk Buktikan Otot Militernya Masih Seram

Perusahaan AS, yaitu Lockheed Martin, Boeing, Northrop Grumman, Raytheon dan General Dynamics menempati lima posisi teratas dalam peringkat produsen senjata terbesar dunia.

AVIC, CETC dan Norinco asal China memegang posisi 6, 8, dan 9. Grup AS L3Harris Technologies berada di posisi ke-10.

"Eropa tetap agak terpencar...tetapi jika Anda menggabungkan perusahaan Eropa bersama-sama, Anda dapat memiliki perusahaan Eropa dengan ukuran yang sama" seperti pabrikan AS dan China, Beraud-Sudreau mencatat.

Source : AFP

Editor : Sosok

Baca Lainnya

Latest