"Apa lagi yang bisa Anda lakukan? Kami tidak punya pilihan," kata pensiunan lain bernama Roza Aliyeva dari ranjang sudutnya.
Pria lansia berusa 85 tahun itu menderita banyak luka ketika dia jatuh saat berjuang untuk sampai ke ruang bawah tanah selama serangan pertama.
"Kami lari, kami jatuh, kami berdiri lagi, kami terluka, dan sekarang kami di sini, bersembunyi," katanya.
"Aku Tidak Akan Pergi"
Kedua belah pihak secara teknis telah menandatangani gencatan senjata kemanusiaan di Moskwa, Rusia, pada Sabtu (10/10/2020) yang dimaksudkan untuk memberi kesempatan kedua belah pihak membuka pembicaraan lagi.
Tetapi orang-orang Azerbaijan yang berlindung di ruang bawah tanah di Koya Terter mengatakan mereka tidak dapat tidur selama lebih dari dua pekan karena pertempuran tidak pernah berhenti.
"Secara umum, kami tidak bisa tidur," kata Azer Mammadov, seorang veteran pertempuran masa lalu di Karabakh.
"Saat mereka berhenti menembaki selama satu jam setengah jam, kami bisa memejamkan mata dan tidur siang," sambung dia.
Mammadov adalah salah satu dari beberapa pria yang tinggal di ruang bawah tanah yang ikut bertempur dalam konflik Nagorno-Karabakh pada 1990-an.