Pertempuran tersebut yang menewaskan 30.000 orang.
Di sisi lain, para wanita lansia di kota tersebut juga menyatakan siap menderita demi mengambil kembali tanah yang mereka anggap sebagai rumah leluhur mereka.
Sariya Makharramova mengatakan dia juga tetap tinggal di Kota Terter ketika konflik berkobar pada 2016.
Pensiunan tua itu mengatakan putra dan cucunya ikut berjuang di garis depan dalam konflik ini.
Dia menambahkan tidak bisa meninggalkan kota tersebut.
"Saya tidak pergi pada 1992, saya tidak pergi pada April 2016, tidak pergi juga sekarang - saya tidak akan pernah pergi," tegas Makharramova.
(Danur Lambang Pristiandaru)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Lansia Korban Perang Azerbaijan-Armenia: Saya Tidak Akan Pergi"