Di wilayah tersebut, tim AFP melihat beberapa peluncur roket Azerbaijan melesat dan kemudian menembakkan salvo cepat ke pegunungan Nagorno-Karabakh.
Berulang kali rentetan peluru dan amunisi lainnya menghujani kota yang sepi dan rusak parah beberapa saat kemudian.
"Orang-orang Armenia terus-menerus menembaki kami. Mereka sekarang menembaki kita dengan senjata yang berbeda: dengan rudal, bom, tank, peluncur roket.
"Mereka menggunakan semuanya," kata seorang pensiunan bernama Akif Aslanov.
Serangan terhadap Kota Terter mirip dengan yang dilakukan pasukan Azerbaijan di ibu kota Nagorno-Karabakh, Stepanakert, dan kota-kota tempat tinggal etnis Armenia lainnya di kawasan itu.
Ada banyak orang di kota tersebut yang memilih untuk tidak melarikan diri. Padahal duel artileri dari kedua belah pihak terus berdentuman.
Mau tidak mau, mereka harus bersembunyi di bungker bawah tanah untuk menyelamatkan nyawa mereka.
Ruang bawah tanah di Terter sederhana: lantai kerikil dan dinding yang mengelupas diterangi dengan remang-remang cahaya lampu.
Beberapa keluarga memiliki radio bertenaga baterai yang mereka gunakan untuk mencari tahu perkembangan terkini ihwal pertempuran yang berkecamuk di atas kepala mereka.
Mereka juga mendaftar untuk mendapatkan jatah makanan pokok yang didistribusikan oleh layanan darurat Azerbaijan selama jeda penembakan berkala.