Follow Us

Militer AS Ketar-ketir! PLA Kembangkan Kebangkitan AI dan Komputasi Kuantum untuk Sokong Persenjataannya, Trump Tak Ada Dana, Cuma Bisa Gigit Jari

Rifka Amalia - Senin, 24 Agustus 2020 | 14:00
Ilustrasi artificial intelligence (AI)
Pixabay.com via Info Komputer

Ilustrasi artificial intelligence (AI)

Sementara AS tidak diketahui mengembangkan senjata otonom yang mematikan, beberapa pabrikan China telah mengiklankan senjata mereka karena dapat memilih dan melibatkan target secara otonom.

Selain itu, di bidang senjata hipersonik, AS tidak mungkin menurunkan senjata hipersonik operasional sebelum tahun 2023.

Baca Juga: Bukan Kelas Teri! Tiongkok Perluas Jangkauan Radar Jaringan Pengawasan di Laut China Selatan, Mampu Intai Pergerakan Tanpa Terlihat Kapal Lawan

Sedangkan China telah mengembangkan rudal balistik antarbenua DF-41 yang mampu membawa kendaraan peluncur hipersonik nuklir.

"China semakin memprioritaskan penelitian teknologi kuantum dalam rencana pengembangannya. China sudah menjadi pemimpin dunia dalam teknologi kuantum," kata laporan itu.

Negeri Panda juga telah menggelontorkan jutaan dolar untuk meneliti dan mengembangkan teknologi peperangan di masa depan selama bertahun-tahun, pada saat pemerintahan Trump mengekang pengeluaran.

Data dari "dua sesi" China tahun ini menunjukkan bahwa pemerintah pusat akan memangkas pengeluaran untuk sains dan teknologi sebesar 9 persen karena pandemi virus corona.

Baca Juga: Pengamat Militer Amerika : Rudal Jelajah China Bisa Membom Jakarta dari Jarak Jauh

Meski demikian, pemerintah daerah akan meningkatkan investasi mereka guna memastikan pertumbuhan belanja publik secara keseluruhan untuk penelitian dan pengembangan lebih dari 3 persen.

Adapun kementerian sains menyebut inovasi teknologi China berkontribusi hampir 60 persen pada pertumbuhan ekonomi negara tahun lalu.

Antara 1997 dan 2017, bagian China dari anggaran penelitian dan rekayasa global tumbuh dari 3 persen menjadi 27 persen, menurut laporan oleh perusahaan analisis data Govini yang dirilis pada Januari.

Timothy Heath, seorang analis riset pertahanan internasional senior di lembaga pemikir AS, Rand Corporation mengklaim Washington masih belum kalah dari Beijing.

Source : South China Morning Post

Editor : Sosok

Baca Lainnya

Latest