Sosok.ID - Sebagai seorang prajurit TNI yang ditugaskan dalam Satuan Tugas Pengaman Perbatasan (Satgas Pamtas) RI, banyak anggota TNI memang diharuskan siaga 100 persen dari ancaman luar.
Namun, kini di tengah pandemi akibat menyebarnya virus corona secara global, tugas Prajurit TNI di perbatasan bukan hanya mengamankan batas negara dan kedaulatan bangsa.
Tetapi juga mengemban tugas untuk bisa mencetak generasi masa depan bangsa Indonesia.
Hal tersebut pun ditangkap dengan baik oleh Batalyon Infanteri 623/Bhakti Wira Utama (BWU) di perbatasan antara RI dengan Malaysia.
Selain dilengkapi dengan persenjataan dari kesatuan, ternyata para prajurit TNI yang bertugas patroli tersebut juga dibekali dengan papan tulis dan spidol.
Bukan untuk berperang apabila ada penyusup masuk ke wilayah NKRI, ternyata tugas lain telah menunggu para prajurit.
Alat tulis tersebut ternyata sebagai salah satu misi dari para prajurit untuk mencetak generasi penerus bangsa.
Hal tersebut diungkapkan oleh Komandan Satgas Pamtas Yonif 623/BWU Letkol Inf Yordania belum lama ini.
Sekitar 50 prajurit dari 25 pos penjagaan perbatasan yang ada di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara mendapat tugas tambahan selain menjaga keamanan wilayah NKRI.
Para prajurit tersebut ditugaskan untuk menjadi pengajar atau guru dadakan bagi anak-anak sekolah di kampung-kampung sekitar perbatasan.
Tugas tersebut adalah salah satu hal yang bisa dilakukan oleh prajurit TNI di tengah pademi virus corona yang membuat kegiatan belajar mengajar di sekolah dihentikan beberapa bulan ini.
Oleh kesadaran tersebut, para prajurit TNI di perbatasan tersebut akhirnya memilih mengambil tanggung jawab untuk tetap memberikan pembelajaran pada anak-anak di sekitar pos penjagaan.
"Setiap pos kita tugaskan dua prajurit untuk mengajar door to door. Mereka kami belikan papan tulis kecil dan spidol. Jadi sekarang bekal mereka bukan hanya ransum dan senjata, tapi papan tulis dan spidol juga," ujar Yordania kepada Kompas.com, Jumat (31/7/2020).
Tak sembarangan, ternyata ke-50 prajurit bersenjatakan spidol dan papan tulis tersebut ternyata memiliki sertifikat mengajar dari Dinas Pendidikan.
Dengan talenta tambahan selain sebagai prajurit pelindung negara, 50 anggota TNI tersebut juga mahir mengajar mata pelajaran tanpa diragukan lagi.
Prajurit-prajurit tersebut setiap hari senantiasa berpatroli sembari berhenti sejenak untuk mengajar anak-anak sekolah di sana.
Para prajurit harus berjalan kaki jauh atau menempuh alur sungai dan jalur ekstrem lainnya untuk sampai ke rumah penduduk.
Meski dihadapkan dengan kesulitan untuk bisa mengemban tugas tersebut, para prajurit itupun tak merasa terhambat.
"Hambatannya hanya satu, pandemi ini tidak selesai-selesai. Sebagai prajurit TNI, kita harus memikirkan pendidikan generasi muda, makanya kita berbuat sebisanya di luar tugas teritorial yang diamanahkan ke kita," kata Yordania.
Selain di rumah warga, setiap pos jaga Satgas Pamtas terbuka juga difungsikan untuk kebutuhan belajar mengajar.
Sinyal yang kuat di setiap pos tidak hanya dimanfaatkan warga sekitar untuk berkomunikasi dengan kerabat yang jauh, tetapi juga menjadi lokasi favorit anak-anak di perbatasan ketika mengikuti belajar menggunakan sistem online .
"Seperti di Pos Sumantipal, pelajar putri pakai perahu ketinting datang ke pos menumpang sinyal untuk belajar online. Kita terbuka dan memang sinergitas dengan masyarakat harus diperkuat," kata dia.
Tak sampai disitu saja, Yordania menambahkan bahwa sebagai prajurit TNI, ia menginginkan ada semangat dari prajuritnya dalam tugas yang berkaitan dengan masa depan bangsa tersebut.
"Tiba-tiba ada masyarakat datang melaporkan prajurit saya mencetak anak berprestasi di sekitar pos tanpa saya tahu dan tanpa dokumentasi. Saya berharap ada yang seperti itu," kata Yordania.
Meski Dinas Pendidikan setempat belum berani untuk membuka sekolah-sekolah di tengah pandemi seperti ini, prajurit TNI seperti penuturan Yordania mengungkapkan siap membantu dalam memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak di perbatasan.
Baca Juga: Hari Ini dalam Sejarah : Aksi Koboi F-18 US Navy di Langit Bawean Dicegat F-16 TNI AU
"Kita tidak mau ambil risiko dulu, kita pilah-pilah sekolah di mana saja yang bisa dilakukan pembelajaran tatap muka. Nanti kalau sudah kita petakan, kita rembug dengan Gugus Tugas dan keluar SK Bupati, baru kita coba mulai belajar normal," ujar Kepala Dinas Pendidikan Nunukan Junaedi. (*)