Sosok.ID - Pandemi Covid-19, masih menjadi masalah besar bagi Indonesia.
Sejak melaporkan kasus pertama kali pada 2 Maret 2020, pemerintah secara mengejutkan melaporkan kasus penambahan infeksi nyaris 1000.
Untuk pertama kalinya, Indonesia melaporkan penambahan kasus terbanyak mencapai 973 kasus baru pada 21 Mei 2020.
Penambahan itu membuat Tanah Air memiliki lebih dari 20 ribu kasus infeksi virus corona hingga saat ini.
Sementara jagat media baru-baru ini diramaikan dengan tagar 'Indonesia Terserah' sebagai ekspresi tenaga medis yang mulai lelah.
Bukan karena lelah mengatasi pasien virus corona, ekspresi tersebut digaungkan tenaga medis karena kecewa dengan masyarakat yang masih tidak patuh dengan imbauan.
Padahal, Covid-19 bukan sekedar bayang-bayang.
Virus itu nyata namun tak dapat dilihat, sehingga mencegah menjadi satu-satunya cara paling baik untuk selamat dari infeksi SARS-CoV-2.
Terlebih tidak sedikit para dokter dan perawat yang meninggal dunia saat menangani pasien Covid-19.
Beberapa dari mereka ikut terinfeksi, sementara beberapa lainnya kelelahan karena bekerja non stop tanpa henti.
Jumlah tenaga medis di Indonesia menipis, namun pasien dengan gejala corona terus berdatangan tanpa henti.
Ironisnya, di saat rekan sejawat medis mengerahkan hidup matinya demi pasien virus corona, muncul sebuah berita tak menyenangkan.
Baca Juga: Suka Duka Pengantar Jenazah Covid-19, Harus Rahasiakan Pekerjaan dari Keluarga
Melansir Kompas.com, sebanyak 109 tenaga medis di RSUD ogan Ilir, Sumatera Selatan, telah dipecat.
Sebelum dipecat, para tenaga medis itu melakukan mogok kerja selama lima hari, terhitung sejak Jumat (15/5).
Bupati Ogan Ilir, Ilyas Panji Alam, mengonfirmasi kabar tersebut pada Kamis (21/5/2020).
"Saya yang menandatangi surat pemberhentian mereka," katanya di Kantor Badan Amil Zakat Nasional Ogan Ilir, dikutip dari Kompas.com.
Usut punya usut, ratusan petugas medis tersebut memiliki beberapa tuntuntan yang harus dipenuhi sebelum mengiyakan untuk bertugas.
Kendati demikian Ilyas menegaskan, seluruh tuntutan mereka termasuk insentif sudah disediakan.
"Insentif sudah ada. Minta sediakan rumah singgah, sudah ada 34 kamar, ada kasur, dan pakai AC semua. (Mereka) bilang APD (alat pelindung diri) minim, tapi ribuan APD ada di RSUD Ogan Ilir, silakan cek," ujar Ilyas.
Ilyas mengibaratkan mogok kerja yang dilakukan tenaga medis itu sama seperti desersi militer.
Baca Juga: Jokowi Ajak Rakyat Berdamai dengan Virus Corona, Jusuf Kalla: Risikonya Mati
Ia juga meluapkan kekecewaannya dengan 109 petugas medis tersebut, menyebut mereka menyerah bahkan sebelum mencoba.
"Apa yang mereka tuntut, semua sudah ada. Makser, sarung tangan, kaca mata, boot, semua ada. Apalagi?" katanya.
"Insentif juga sudah ada (padahal) mereka kerja saja belum kok. Baru datang pasien korona, (mereka) sudah bubar enggak masuk, gimana itu?" tambahnya.
Akibat pemecatan itu, pemkab Ogan Ilir akan mencari tenaga medis baru.
Lebih lanjut Ilyas menjamin peristiwa ini tidak mengganggu aktivitas di RSUD Ogan Ilir.
RSUD Ogan Ilir saat ini masih memiliki 14 fokter spesialis, 8 dokter umum, 33 perawat berstatus ASN, juga 11 tenaga honorer.
"Saat ini pasien Covid-19 yang dirawat di RSUD Ogan Ilir cuma tiga orang. Pasien di luar Covid-19 diarahkan ke rumah sakit lain atau ke puskesmas yang ada di Ogan Ilir," ujarnya.
Adapun Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sumatera Selatan, Yusri mengatakan, pemecatan itu sudah wajar dan sesuai.
"Jelas (pemecatan tenaga medis) berdampak pada penanganan (pasien), tapi kalau mereka juga tidak mau menangani juga tidak ada maknanya," kata Yusri saat konferensi pers, Kamis (21/5/2020).
Yusri juga membantah terkait adanya kabar APD di RSUD Ogan Ilir yang minim.
Menurutnya, persediaan APD di Sumatera Selatan masih lebih dari cukup.
"Kalau ada yang demo dengan alasan tidak ada APD, kami tak yakin. Kami yakin mental mereka yang tidak mau melakukan pelayanan saja," ujarnya. (*)