Ketika dia mendapatkan jasad yang salah, oleh rumah sakit Castillo diminta mencari kembali di antara tumpukan mayat, termasuk di korban Covid-19.
"Jika tak ada wabah ini, saya tentu akan mencarinya," ujar Castillo. Dia menolak karena takut terpapar penyakit tersebut.
Tidak cukup tes
Kekacauan di rumah sakit dan rumah duka, ditambah lockdown dari pemerintah Ekuador, berarti banyak jenazah dibiarkan berhari-hari sebelum dievakuasi.
Quito, yang dalam beberapa hari terakhir mengumpulkan 1.400 jasad dari rumah maupun rumah sakit Guayaquil, memberi tahu pihak keluarga melalui situs mereka.
Baca Juga: Dosa Besar Nunung, Sembari Marah Pernah Lemparkan Segepok Uang ke Wajah Sang Ibu
Pada April hampir 6.700 orang meninggal, berdasarkan data dari otoritas.
Tapi hampir sebagian besar korban tidak dites Covid-19. Adapun menurut data dari Universitas Johns Hopkins, korban meninggal karena virus bernama resmi SARS-Cov-2 mencapai 425 orang.
Jurnalis Al Jazeera Teresa Bo, melaporkan dari Buenos Aires, melaporkan pakar menyebut data di Amerika Latin tak realistis.
Sebabnya, pemerintah lokal dianggap belum cukup menggelar tes, dan menjadi tantangan utama bagi otoritas di kawasan tersebut.
"Lebih banyak data tentu akan memberikan gambaran bagi negara Amerika Latin mengenai apa yang sedang terjadi di negaranya," ulas Bo.