Sosok.ID - Amnesty International menyoroti kematian Li Wenliang, dokter sekaligus orang pertama yang mencoba memberikan peringatan terkait adanya bahaya virus yang serupa dengan SARS, sebagai imbas dari obsesi China terkait "stabilitas".
Li Wenliang, merupakan dokter pertama yang sempat memberikan peringatan tentang adanya bahaya virus mirip SARS di China, yang kini diketahui sebagai virus corona.
Ia menyampaikan peringatan tersebut jauh sebelum epidemi virus corona melanda dan merebak di seluruh daratan China.
Sayangnya pemerintah bukan mempercayai ucapannya, dan malah meminta Li untuk tutup mulut, menyebutkan bahwa peringatan Li adalah sebuah tindakan ilegal.
Polisi lantas mendatangi Li yang dianggap telah menyebarkan berita bohong.
Li, yang juga dinyatakan terinfeksi patogen virus corona pada Sabtu (11/1/2020) dan meninggal dunia pada Jumat (7/2/2020), baru dianggap setelah wabah virus corona merebak secara global dan membunuh lebih dari 700 orang.
Li diketahui meninggal di usianya yang ke 34 tahun, setelah maju di garda paling depan melawan virus corona, dan merelakan dirinya ikut terinfeksi.
Kematian Li memantik amarah warga Tiongkok, beberapa dari mereka berduka dan menyalakan lilin untuk berdoa, dan yang lainnya menuntut pemerintah China untuk meminta maaf atas perlakuannya kepada Li sebelumnya.
Dikutip Sosok.ID dari keterangan tertulis di website resmi Amnesty International, Direktur Regional Amnesty International untuk Asia Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Nicholas Bequelin berujar, kasus Li adalah pengingat yang tragis.
"Tentang bagaimana obsesi pemerintah China akan 'stabilitas', mendorong negara itu untuk menekan informasi penting tentang hal-hal yang menjadi kepentingan umum," jelasnya.