Namun sayangnya, Li, bersama dengan tujuh orang lain yang berbagi informasi tentang wabah tersebut, termasuk setidaknya tiga dokter lain, justru dipanggil polisi setempat.
Mereka dipaksa untuk menandatangani surat yang berjanji untuk tidak membuat pengungkapan lebih lanjut mengenai penyakit ini.
"Kami dengan sungguh-sungguh memperingatkan Anda bahwa jika Anda tetap memegang senjata dan tetap tidak sabar, dan terus melakukan kegiatan ilegal, Anda akan dihukum oleh hukum," tulis polisi Wuhan dalam teguran tersebut.
Sementara Li yakin dengan gejala pasien yang mirip SARS dan khawatir soal penyebarannya, pemerintah justru bersikeras bahwa virus jenis baru itu hanya menular dari hewan, dan tak ada penularan yang terjadi antar manusia.
“Saya demam pada 11 Januari dan dirawat di rumah sakit pada hari berikutnya. Saat itu, pemerintah masih bersikeras bahwa tidak ada penularan dari manusia ke manusia, dan mengatakan tidak ada staf medis yang terinfeksi. Saya hanya bingung, ” kata Li dalam postingannya di Weibo, dikutip dari South China Morning Post.
“Tes virus saya masih negatif, tetapi saya kesulitan bernapas, saya hampir tidak bisa bergerak. Orang tua saya juga dirawat di rumah sakit," ungkap Li, sehari sebelum ia dinyatakan terjangkit virus corona.
Sementara hingga Sabtu (8/2/2020), virus ini telah menginfeksi sebanyak 34.947 orang, membunuh 725 jiwa, dan tersebar di 27 negara lain diluar China.
(*)