Sosok.ID - Deklarasi keberadaan Keraton Agung Sejagat di Purworejo mengejutkan publik.
Pasalnya, kerajaan baru ini berani klaim dan menyebut dirinya sebagai induk dari segala keberadaan.
Kerajaan yang dipimpin oleh Totok Santoso Hadiningrat sebagai Sinuhun dan istrinya sebagai Kanjeng Ratu ini, mendulang banyak reaksi, khususnya dari warga setempat.
Kerajaan Agung Sejagat juga memiliki bangunan layaknya keraton pada umumnya dan bahkan memiliki batu yang dianggap sebagai prasasti KAS.
Bangunan keraton tersebut berada di Desa Pogung Juru Tengah, Kecamatan Bayan, Purworejo, Jawa Tengah.
Usai menyelenggarakan Gelar Budaya pada Jumat (10/1/2020) hingga Minggu (12/1/2020), beredar foto-foto kegiatan KAS di sosial media.
Salah satunya adalah foto sang Sinuhun yang berdiri di singgasananya, diapit oleh dua punggawanya.
Hal yang cukup menarik perhatian dari foto tersebut adalah seragam yang dikenakan oleh sang Sinuhun.
Pasalnya, seragam tersebut terlihat mirip dengan seragam yang digunakan oleh Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah.
Sultan Brunei Darussalam sendiri, merupakan Sultan yang kekayaannya sudah melebihi kekayaan Raja Salman.
Dilansir dari Grid.Id, Sultan Hassanal Bolkiah juga merupakan raja yang berkuasa paling lama di dunia setelah Ratu Elizabeth II.
Tinggal di kediaman super megah, Istana Nurul Iman tempat Sultan Brunei digadang-gadang memiliki nilai yang fantastis, yakni mencapai $ 350 juta atau senilai 5 triliun rupiah.
Dengan kekayaan yang bombastis, tentu nilai seragam yang dikenakan sang Sultan diyakini memiliki harga yang juga diluar dugaan.
Lantas, kira-kira berapa ya nilai seragam Raja Keraton Agung Sejagat?
Belum diketahui pasti, namun Sri Utami (40), warga Purworejo yang juga tetangga dari Keraton Sejagat, menyampaikan bahwa dulunya, Totok Santosa Hadiningrat, adalah pemimpin sebuah organisasi bernama Jogjakarta Development Committe (JOGJA-DEC).
Dilansir dari tribunnews.com, ketika menjadi anggota dari organisasi tersebut, Sri Utami menuturkan bahwa organisasi DEC sempat mengadakan iuran kartu anggota (KTA) sejumlah Rp 15 ribu.
Sedangkan untuk seragamnya, para anggota DEC harus membelinya sendiri dengan harga Rp 3 juta.
"Selain iuran KTA suruh bayar seragam juga senilai Rp 3 juta. Seragamnya itu dulu seperti army atau militer loreng-loreng," kata Sri, seperti dikutip Sosok.ID, dlansir dari TribunJateng.com pada Rabu (15/1/2020).
Sri Utami juga menuturkan bahwa ia bergabung dalam organisasi tersebut kira-kira 3 tahun yang lalu.
"Sekitar tiga tahun yang lalu, awal kegiatannya seperti membantu rakyat kecil," kata Sri.
"Waktu terbentuk sudah ada bidang-bidangnya seperti pendidikan, sanitasi dan lain-lainnya," lanjutnya kepada TribunJateng.com, Selasa (14/1/2020).
Di organisasi tersebut, Totok Santosa Hadiningrat juga menjanjikan akan mendatangkan Dolar Amerika Serikat ke Indonesia.
Dolar tersebut akan Totok gunakan untuk memenuhi kebutuhan organisasinya dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia.
Lewat penuturan Sri, Totok mengaku bahwa organisasi yang ia bentuk adalah organisasi yang bergerak dibidang kemanusiaan.
"Bilangnya bergerak di bidang kemanusiaan, tetapi nyatanya belum ada yang disalurkan. Karena keberadaanya itu dulu masih merintis disini," Ujar Sri Utami dikutip dari TrubunJateng.com.
Rumahnya yang berjarak hanya sekitar 2 rumah dari keberadaan Istana Keraton Sejagat, Sri Utami menjelaskan bahwa tidak ada kegiatan yang berlangsung di istana tersebut, dengan kata lain, istana tersebut sedang ksoong dan tak berpenghuni.
Ia juga mengungkapkan bahwa sebenarnya, keberadaan KAS cukup mengganggu.
Hal ini lantaran pusat kegiatan KAS selalu terjadi di maalam hari.
"Pokoknya sebulan itu dua atau tiga kali pertemuan dan sebetulnya kumpul-kumpul seperti itu sudah lama, cuma menang ramai itu setelah datangnya batu besar itu," Ungkap Sri Utami.
Ia menuturkan bahwa sejatinya, Totok dan para pengikutnya memang sudah berkegiatan sejak lama, namun KAS menjadi ramai diperbincangkan ketika datangnya batu besar yang disebut sebagai prasasti Pentagong milik KAS.
Batu Pentagong itu sendiri diklaim sebagai bagian dari pembangunan World Empire atau Keraton Agung Sejagat.
Berikut video penuturan tetangga soal kehadiran Keraton Agung Sejagat di tengah-tengah masyarakat.
(*)