Sosok.ID - Sudah bukan barang baru lagi mengenai kekejaman yang dilakukan oleh kelompok bersenjata yang beroperasi di bagian negara Irak dan Suriah.
Bahkan juga beberapa orang Indonesia sempat bergabung dengan mereka ataupun terindikasi berafiliasi dengan mereka sebagai kelompok teroris.
Kini terungkap berbagai kisah menyedihkan mengenai kekejaman yang dilakukan oleh kelompok yang mengatasnamakan dirinya sebagai ISIS tersebut.
Salah satu korban yang membuka suara mengenai pengalamannya menjadi korban kekejaman dari kelompok tersebut adalah perempuan yang sekarang menetap di Queensland, Australi ini.
Baca Juga: BMKG: Indonesia Akan Alami Fenomena Hari Tanpa Bayangan, Catat Tanggalnya!
Hayfa Adi, menuturkan bagaimana ia masih ingat betul pengalaman pahit dalam hidupnya yang mungkin tak dapat terlupakan olehnya.
Di usia 17 tahun, Hayfa Adi diculik oleh kelompok ISIS di wilayah Irak bagian utara.
Ia ditahan selama lebih dari dua tahun dan berulang kali diperkosa, dipukul bahkan sampai diperjual belikan laiknya ternak.
Harus terpisah dan tak mengetahui keberadaan sang suami dimana adalah salah satu hasil dari kekejaman yang dibuat oleh ISIS dalam hidupnya.
"Dia ingat ayahnya dan terus bertanya, bu kapan ayah kembali?", tutur Hayfa kepada kantor berita ABC.net.au(10/9/19) yang diterjemahkan oleh Sosok.ID.
Sudah menginjak tahun kelima sejak ISIS menghancurkan keluarga Hayfa setelah terjadinya genosida terhadap orang-orang Yazidi di Irak Utara dan Suriah.
Tercatat sebanyak 7.000 etnis minoritas ini dibantai sementara 3.000 lainnya menghilang tanpa kabar.
Hayfa menceritakan sepenggal ingatannya saat ISIS mulai masuk ke kota tempat tinggalnya untuk menghancurkan kota tersebut.
Baca Juga: Viral, Diduga Ditumpangi Makhluk Halus, Motor Diklaim Terbang dan Nyangkut di Tengah Pohon Bambu
Saat itu ia sedang menyiapkan makan siang dan tak tiba-tiba pintu rumah diketuk, ternyata sang paman datang untuk mengabarkan bahwa ISIS telah sampai di Kocho, tempat tinggal Hayfa.
Kelompok teroris tersebut menggiring 1.200 penduduk dikota tersebut termasuk Hayfa dan keluarga ke sebuah sekolah setempat.
Sesampainya di sekolah tersebut, sandera pria dipisahkan dengan sandera wanita ke tempat yang berbeda.
Namun, pada bulan Agustus 2014, mimpi buruk perempuan Yazidi termasuk Hayfa baru dimulai.
Hayfa dan tak menutup kemungkinan perempuan lain dari etnis tersebut dijual lebih dari 20 kali selama dua tahun.
Tak hanya diperjual belikan, namun mereka juga mendapatkan tindakan yang tak manusiawi.
Dicambuk, dipukul, disiksa sedemikian rupa seperti sudah menjadi makanan sehari-hari mereka.
Hingga yang paling pahit adalah mereka menjadi budak pemuas nafsu kelompok teroris tersebut.
Ada suatu peristiwa yang mengerikan yang dialami oleh Hayfa saat itu.
Tangan dan kakinya diikat, matanya ditutup dan mulutnya disumbat dalam sebuah ruangan ia disiksa dengan begitu rupa oleh kelompok teroris tersebut.
Baca Juga: Seorang Pria Menangis di Samping Keponakannya Ketika Ditilang Polisi! Begini Videonya!
Saat itu yang Hayfa pikirkan adalah keselamatan anak-anaknya, sehingga ia mau tak mau harus menuruti kemauan dari kelompok kejam tersebut.
Tujuannya hanya satu, supaya ia bisa melindungi anak-anaknya yang ikut disandera oleh ISIS bersama Hayfa.
Penderitaan atas kekejaman dari kelompok ISIS tersebut akhirnya berakhir saat ayah mertua Hayfa membayar seorang penyelundup manusia untuk membeli kembali Hayfa.
Usaha tersebut berhasil hingga kini Hayfa dan anak-anaknya bisa mendapatkan suaka di Australia tepatnya di Toowoomba, Queensland mulai tahun lalu.
Baca Juga: Viral! Awalnya Cuma Guyonan Masa SMP, Pasangan Kekasih Ini Justru Nikah Beneran Usai 8 Tahun Pacaran
Di Australia, ia termasuk dari 800 etnis Yazidi yang dapat keluar dari zona kekejaman ISIS tersebut.
Salah seorang anggota palang merah Australia, Sue Callender saat ditemui ABC.net.au mengatakan, memang benar di kota bernama Kocho, Irak bagian utara tersebut lima tahun lalu terjadi genosida yang dilakukan oleh ISIS.
Korbannya adalah etnis Yazidi dan peristiwa tersebut dikenal sebagai "Pembantaian Kocho".
Sebanyak 17 tempat ditemukan yang diduga adalah kuburan massal dari pembantaian yang dilakukan oleh ISIS.
Baca Juga: Uang Rp 1,8 Miliar Milik Pemprov Sumatera Utara Raib di Halaman Parkir Kantor, Begini Kronologinya!
"ISIS menghancurkan rumah kami dan mengambil martabat kami. Kami benar-benar lelah, itu sebabnya saya ingin menceritakan kisah saya, sehingga mereka tak akan melakukan ini lagi." pungkas Hayfa Adi pada ABC.net.au, diterjemahkan oleh Sosok.ID. (*)