Sosok.id - Peristiwa Rengasdengklok, atau perisitiwa penculikan Soekarno dan Hatta menjelang Proklamasi Kemerdekaan adalah salah satu peristiwa yang bersejarah bagi Indonesia.
Sebuah perjuangan dan keberanian dari kelompok pemuda pada masa itu yang dengan gagah berani mendesak tokoh nasional yang menjadi central perjuangan rakyat, Bung Karno didesak bahkan diamankan ke sebuah tempat.
Darah muda mereka yang bergejolak itu bahkan tak peduli dengan berbagai risiko, katakanlah jika Jepang mengamuk karena desakan proklamasi tersebut.
Golongan tua, yang punya banyak perhitungan politik, lebih memilih menghindari korban jiwa.
Baca Juga: Soekarno Beberkan Fakta Dibalik Tongkat Komando Miliknya yang Konon Keramat
Di sinilah angkatan muda, dengan Wikana jadi juru bicara dan pemimpinnya, memainkan peranan.
Mereka mengambil langkah yang sebenarnya berbahaya, yaitu membawa Sukarno-Hatta ke Rengasdengklok. Rencananya: mereka akan memaksa Sukarno-Hatta memproklamirkan Indonesia.
Tapi siasat itu gagal, Sukarno-Hatta tetap tidak mau melakukannya. Mereka masih belum yakin dengan kebenaran kabar menyerahnya Jepang.
Sosok pemuda kurus berambut klimis berkacamata minus dengan gagah berani mendatangi rumah Bung Karno.
Baca Juga: Saat Serangan Mematikan Kopassus Buat Separatis Papua Kabur Usai Kepung Koramil Warmare
Ditemani pemuda lain, Aidit, kelak menjadi orang nomor satu Partai Komunis Indonesia (PKI), Darwis, Yusuf Kunto dan Soebadio Sastrosatomo.
Kepada Bung Karno Wikana meyakinkan kalau kemerdekaan harus segera diumumkan malam ini juga, kalau tidak “besok akan terjadi pertumpahan darah,” kata Wikana setengah mengancam.
Cuplikan adegan itulah yang melambungkan nama Wikana sebagai pemuda revolusioner dan banyak dikutip di dalam kitab-kitab sejarah. Selebihnya, samar-samar.
Pasca kemerdekaan, karena jiwa mudanya ia pernah menjabat menjadi Menteri Negara Urusan Pemuda selama empat kali periode kabinet.
Baca Juga: 5 Bulan Tak Pulang, Gadis 16 Tahun Ditemukan Terikat Dalam Karung dan Tinggal Tulang
Dua kali dalam kabinet Sjahrir dan dua kali pada kabinet Amir Sjarifuddin.
Wikana terlahir dari keluarga menak Sumedang, ayahnya, Raden Haji Soelaiman, pendatang dari Demak, Jawa Tengah.
Wikana punya otak encer, sebagai anak priayi, dia punya hak untuk mengenyam pendidikan.
Untuk masuk ELS (Europeesch Lagere School), sekolah dasar yang menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantar, tidak cukup bermodal anak raden saja.
Kemampuan bahasa Belanda dan kepintaran si anak menjadi standar utama.
Karena kecakapannya, ia berhasil lulus dari ELS.
Lepas dari ELS Wikana melanjutkan sekolah ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs).
Banyak kenangan mengenai sosok Wikana yang cerdas, bukan hanya cerdas otak melainkan juga cerdas dalam berkata-kata.
Wikana muda sudah memulai sepak terjangnya dalam perjuangan dengan menjadi ketua Barisan Pemuda Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) pada tahun 1938.
Masa Kolonial, Wikana tercatat sebagai pimpinan PKI bawah tanah di daerah Jawa Barat.
Jalan hidupnya sempat mentereng, Dia menjadi tokoh pemuda dari sekian banyak pemuda yang bergerak di pusaran arus revolusi.
Ketokohan Wikana mendapatkan pengakuan dan karena itulah dia dipercaya oleh Perdana Menteri Sjahrir untuk duduk sebagai menteri negara urusan pemuda dalam kabinet Sjahrir kedua dan ketiga.
Namun, Tak jelas capaian apa yang dia buat semasa memegang jabatan itu.
Tapi jalan terang hidup Wikana mulai meredup setelah peristiwa Madiun 1948.
Baca Juga: Bocah Ini Menangis Karena Ibunya Meninggal Ditabrak Tepat Sehari Sebelum Hari Raya Idul Adha
Sampai menjelang 1 Oktober 1965, Wikana berserta beberapa elemen PKI lainnya pergi ke Peking untuk menghadiri perayaan hari Nasional Cina 1 Oktober 1965.
Terdengar kabar dari tanah air tentang insiden penculikan dan pembunuhan para jenderal, PKI disalahkan.
Kurang dari setahun setelah peristiwa G.30.S 1965, dia ditangkap.
Sempat bermalam di Kodam Jaya namun dipulangkan kembali, tak berapa lama kemudian segerombolan tentara tak dikenal datang ke rumahnya di Jalan Dempo No. 7 A, Matraman, Jakarta Pusat.
Baca Juga: Puluhan Orang Dikerahkan untuk Taklukkan Black, Sapi Bantuan Jokowi yang Berbobot 1 Ton
Wikana, pemuda yang sempat buat Bung Karno marah saat meminta proklamasi kemerdekaan secepatnya itu tak pernah kembali pulang.(*)