Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Mbok Wiryo, dari Dapur Sang Proklamator Sampai Mendapat Penghargaan Satya Lancana Wira Karya

Andreas Chris Febrianto Nugroho - Kamis, 01 Agustus 2019 | 08:34
Mbok Wiryo, Dari Dapur Sang Proklamator sampai Penghargaan Satya Lancana Wira Karya
Kolase @solosocieteit | Kompas.com

Mbok Wiryo, Dari Dapur Sang Proklamator sampai Penghargaan Satya Lancana Wira Karya

Sosok.id - Siapa yang tak kenal bapak prokamator Indonesia, Sekarno, gaung suaranya menggema sampai penjuru dunia.

Sejarah Indonesia dimulai ketika Soekarno dan Hatta mewakili keinginan rakyat Indonesia untuk merdeka.

17 Agustus 1945, momen penting bagi Indonesia, negara kepulauan yang kaya ini mendeklarasikan diri sebagai sebuah negara yang merdeka.

Momen itu juga merubah jalan hidup sang proklamator, Ia hanyalah penyambung lidah rakyat.

Baca Juga: Cerita di Balik Video Viral Pengantin yang Menari Zumba di Pesta Pernikahannya Hingga Menarik Perhatian Hotman Paris

Datang dari keluarga biasa, menjelma jadi orang yang disegani bukan hanya di Indonesia tapi juga di Dunia.

Singkat Cerita, Tak terima dengan kemerdekaan Indonesia, Belanda berulah.

Belanda Ingin merebut kembali wilayah jajahannya yang sudah diduduki berabad-abad.

Tiba waktunya perundingan Indonesia dan Belanda yang disebut perjanjian Renville, membuat Indonesia harus kehilangan separuh wilayah Jawa.

Itu yang menyebabkan pemindahan Ibukota Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta pada 5 Januari 1946.

Baca Juga: Syarat Menjadi Pembawa Baki Paskibraka Nasional 17 Agustus, Jangan Sampai Bendera Terbalik

Mbok Wiryo, Dari Dapur Sang Proklamator sampai Penghargaan Satya Lancana Wira Karya
Instagram @solosocieteit

Mbok Wiryo, Dari Dapur Sang Proklamator sampai Penghargaan Satya Lancana Wira Karya

Dengan operasi rahasia menggunakan kereta api untuk menghindari tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration), seluruh pejabat pemerintahan pusat diboyong oleh Soekarno berangkat ke Yogyakarta.

Di Yogyakarta Soekarno menempati Gedung Agung (dulu kantor residen Belanda).

Di Gedung Agung inilah awal kesulitan yang lucu tapi tergolong penting.

Soekarno tak memiliki juru masak untuk membuatkan makanan bagi sang presiden Indonesia pertama itu.

Baca Juga: Koopssus TNI Bukanlah Barang Baru dalam Hal Kesatuan Elite Militer Indonesia

Dilansir dari Instagram @solosocieteit, berpindahnya istana negara dari Jakarta ke Yogyakarta (peristiwa boyong kedaton) merubah nasib seorang wanita paruh baya asal Sleman pada masa itu.

Mbah Wiryo, begitu sapaannya, lahir di Sleman tahun 1903, ia hanyalah wanita biasa pada saat awal Indonesia merdeka.

Ia juga belum ikut berjuang memerdekakan Indonesia pada kala itu.

Wanita itu tinggal di rumah berdinding anyaman bambu (gedhek) di kampung Pesindenan bersama suaminya yang bisa dikatakan kekurangan secara ekonomi.

Nasib mbah WIryo berubah ketika ia diminta untuk melayani sang proklamator di Gedung Agung.

Baca Juga: Pergoki Sedang Gauli Sang Anak Gadis, Seorang Istri Polisikan Suaminya

Ia ditarik untuk menjadi juru masak sang presiden karismatik tersebut.

Bekerja dari jam 7 pagi sampai adzan magrib terdengar, ia memasak bagi sang tuan, begitu yang ditulis oleh akun @solosocieteit.

Rupanya hasil karyanya itu disukai oleh sang "Penyambung Lidah Rakyat".

Dari buah kreasi mbah Wiryo, Soekarno dengan lahap menggoyangkan lidahnya menikmati sajian diatas meja makan yang telah disiapkan oleh sang empunya dapur istana.

Baca Juga: Bantah Laporkan Akun Twitter @hendralm yang Menguak Adanya Indikasi Jual Beli Data KK dan NIK di Medsos, Dukcapil : Pemilik Akun Bisa Diberi Penghargaan

Buka sajian mewah bak restoran bintang lima, namun hanya masakan ala desa dengan berbagai jenis lalapannya.

Dari hasil karya mbah Wiryo membuatnya ikut diboyong sang "ndoro kakung", begitu juru masak itu memanggil Bung Karno, ketika ibukota negara kembali ke Jakarta.

Berkat kesetiaannya mengiring sang Proklamator untuk menjadi juru saji makanan kemanapun Bung Karno pergi, pada tahun 1966 perjuangan dari dapur itu dihargai oleh sang presiden pertama.

Bukan dibaju blazer khas wanita barat yang ia kenakan, namun dengan kebaya yang setiap hari ia kenakan karena bangga menjadi orang Jawa, di kebaya tersebut disematkan mendali "Satya Lancana Wira Karya".

Baca Juga: Sungguh Malang Nasib Gadis Ini, Orang Tuanya Tidak Mau Mendonorkan Ginjalnya Karena Ia Seorang Perempuan

Hal tersebut membuktikan bahwa dari dapur, perjuangan bisa ditiru dari mbah Wiryo.(*)

Source :InstagramTribun Jateng

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x