Bekerja dari jam 7 pagi sampai adzan magrib terdengar, ia memasak bagi sang tuan, begitu yang ditulis oleh akun @solosocieteit.
Rupanya hasil karyanya itu disukai oleh sang "Penyambung Lidah Rakyat".
Dari buah kreasi mbah Wiryo, Soekarno dengan lahap menggoyangkan lidahnya menikmati sajian diatas meja makan yang telah disiapkan oleh sang empunya dapur istana.
Buka sajian mewah bak restoran bintang lima, namun hanya masakan ala desa dengan berbagai jenis lalapannya.
Dari hasil karya mbah Wiryo membuatnya ikut diboyong sang "ndoro kakung", begitu juru masak itu memanggil Bung Karno, ketika ibukota negara kembali ke Jakarta.
Berkat kesetiaannya mengiring sang Proklamator untuk menjadi juru saji makanan kemanapun Bung Karno pergi, pada tahun 1966 perjuangan dari dapur itu dihargai oleh sang presiden pertama.
Bukan dibaju blazer khas wanita barat yang ia kenakan, namun dengan kebaya yang setiap hari ia kenakan karena bangga menjadi orang Jawa, di kebaya tersebut disematkan mendali "Satya Lancana Wira Karya".
Hal tersebut membuktikan bahwa dari dapur, perjuangan bisa ditiru dari mbah Wiryo.(*)