Baca Juga: Ngirit, Di Tempat Ini Bisa Bayar Makanan Pakai Sampah Plastik
"Enggak dapat tanggapan, mereka bilang semua harus dibongkar," jelasnya.
Rumah itu merupakan rumah pertama yang dibangun di kawasan itu.
33 tahun lalu ia dan almarhum suaminya itu menjadi warga pertama yang menetap.
"Dulunya suruh jaga lahan dari ujungsono sampai sono, dipagar," kenangnya.
Tapi kemudian banyak orang yang ikut membangun rumah dan menetap di kawasan itu.
Walaupun kawasan di rumah itu sering dilanda banjir, Atih tetap bertahan.
Hal itu terpaksa dilakukannya karena ia tak memiliki tempat tinggal lain.
Baca Juga: Kisah Pilu Budiyono, Pemulung yang Tinggal Di Bawah Flyover, Rela Tidak Makan Demi Hidupi Keluarga
Atih saat ini memiliki empat anak.
Satu di antaranya menganggur, sementara tiga lainnya memiliki keterbelakangan mental.
"Anak nenek 1 enggak kerja, bangkrut dia rental. Tiga meninggal. Yang tiga lagi sama Nenek enggak ada kerjaannya, keterbelakangan mental," jelasnya.