Terpaksa ia menumpang karena ia tidak memiliki tempat untuk bernaung lagi.
Penghuni pertama kawasan itu juga tak kalah menderita
Atih menangis usai membereskan sejumlah perabot di rumahnya yang digusur.
Dilansir dari Kompas.com pada Kamis (25/7/2019), rumah itu merupakan pemberian pemerintah.
"Dulu suami saya bekerja di Kementrian PUPR jadi sopir Ditjen Pengairan," ujarnya.
"Asalnya mau dikasih rumah di bendungan, tapi enggak mau karena anak saya banyak," tambahnya.
Akhirnya sesuai pengarahan dari Perusahaan Otorita Jatiluhur ia bersama almarhum suaminya memutuskan untuk membuat rumah di lahan itu.
Atih juga menunjukkan dua berkas surat yang membuktikan jika rumahnya itu merupakan hasil penunjukan pemerintah.
Dan juga sebagai bentuk apresiasi terhadap almarhum suaminya.
Ia telah menunjukkan bukti tersebut kepada Pemkot Bekasi.
Namun, cara itu tidak berhasil menyelamatkan rumahnya dari gusuran.