Sosok.ID-China makin nekat lakukan manuver militer berbahaya termasuk terciduk melanggar kedulatan wilayah udara Malaysia belum lama ini.
Bahkanmenurut Nikkei Asia,tindakan China dalam wilayah kekuasaan Asia Tenggara ini menjadi rekor pelanggaran kawasan terbanyak sepanjang sejarah.
Berbagai tudingan dan kecaman pun dilancarkan padaBeijing yang disebut tengah mencari peningkatan pengaruh di kawasan itu.
Yaitu melalui diplomasi vaksin Covid-19 yang dikombinasikan dengan unjuk kekuatan militer.
Kegiatan udara baru-baru ini menunjukkan bahwa strategi unjuk kekuatan Beijing telah bergeser dari laut ke udara.
Angkatan Udara Malaysia baru-baru ini mengerahkan jet tempur untuk mencegah 16 pesawat militer China memasuki wilayah udara negara itu.
Kelompok jet tempur China "terbang dalam formasi taktis" dalam jarak 60 mil laut dari pulau Kalimantan, negara bagian Sarawak, kata Angkatan Udara Malaysia awal pekan ini.
Menurut Angkatan Udara Indonesia, pesawat asing telah melanggar wilayah udara mereka 498 kali tahun ini pada 17 Mei, meningkat sepuluh kali lipat dari 2014.
Baca Juga: China Makin Dongkol, Penerbangan Mata-mata AS Beraksi 72 Kali Sepanjang Mei di Laut China Selatan
China memiliki sengketa wilayah dengan banyak negara Asia Tenggara. Kapal-kapal China telah hadir di dekat Kepulauan Spratly Vietnam sejak Maret.
Kampanye tekanan China juga menargetkan Taiwan.
Dalam 106 hari, dari 1 Januari hingga 16 April, pesawat militer China menembus zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) wilayah itu hingga 75 hari.
Atau 70% dari total jumlah hari, menurut statistik lapor Nikkei Asia.
Baca Juga: Doyan Bikin Barang Tiruan, Helikopter Siluman Baru Buatan China Dituding Jiplak Black Hawk AS
Amerika dan Eropa tidak tinggal diam.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden membentuk koalisi untuk menghadapi China di kawasan Indo-Pasifik yang disebut QUAD.
Kelompok yang dikenal sebagai "Quad", terdiri dari beberapa negara seperti Jepang, India, dan Australia.
Bulan lalu, Inggris mengerahkan kelompok pemogokan kapal induk ke Indo-Pasifik.
Sementara Prancis mengirim kapal perang ke wilayah tersebut untuk berpartisipasi dalam latihan bersama.
Komandan Angkatan Udara AS di Pasifik, Jenderal Kenneth Wilsbach, mengatakan pada 4 Juni bahwa Washington memantau dengan cermat semua tindakan di wilayah tersebut.
Diketahui meski demikian, beberapa pakar militer internasional memang tengah menyoroti apa tindakan Indonesia melihat kenekatan China tersebut.
Salah satunya adalah peneliti salah satu universitas ternama di Singapura yang menyebutkan jika Indonesia bertindak maka China tak akan berani berkutik.
(*)